11 Juli 2010
Hari ini apakah ada yang istimewa? Buat saya memang tidak ada. Mungkin menjadi istimewa buat teman saya (Fadil Setyanegara) yang hari ini adalah tepat hari kelahiran beliau 19 tahun yang lalu. Satu dan dua kami memang berdua hari ini, menjadi satu untuk melangkah seiring sejalan ke tempat tujuan yang sama dan telah direncanakan. Saya sudah merencanakan untuk tidak mengucapkan ucapan ketika nanti bertemu pada teman saya ini.
Sampailah saya pada tepi pertemuan dan jiwa pun terbaca, saling berjabat tangan itulah tradisi yang kami lakukan ketika bertemu. Jadi perjumpaan hari ini adalah suatu hal yang biasa. Perjalanan, kami awali dengan langkah pertama dan selanjutnya setengah dari perjalanan kami tempuh dengan naik bus.
Kali ini kami harus turun karena tujuan bus yang kami tumpangi tidak sepenuhnya mengantarkan kami ke tempat tujuan, siasat punya siasat perjalananpun disiasati dengan berjalan kaki tanpa harus takut tersesat karena kami suka belajar sesat. Jalan kaki buat kamipun merupakan tradisi yang tidak boleh ditinggalkan, waktu zaman Gajah Mada jalan kaki adalah cara yang ampuh untuk menempuh perjalanan ke suatu tempat. Kalau ditinggalkan tradisi jalan kaki ini bagaimana kami bisa menikmati apa yang telah diciptakan Tuhan. Berjalan kaki buat kami adalah salah satu cara untuk melatih kepekaan hati untuk selalu menyayangi saudara-saudara kita yang tidak beruntung, dijalan kita mencicipi rasanya menjadi kaum dhuafa yang tidak punya apa-apa. Coba lihat betapa isimewanya gelandangan yang tubuhnya diselimuti langsung oleh semesta alam ketika tidur.
Diperjalanan teman saya ini beberapa kali meminta untuk istirahat, tapi saya selalu mengatakan “nanti saja di depan, tanggung(Padahal perjalanan masih cukup jauh)” tapi langkah sayapun tak kunjung berniat untuk istirahat malah terus melanjutkan perjalanan. Untuk yang kesekian kali teman saya ini meminta untuk istirahat maka saya turuti juga. Untuk Fadil anggap saja perjalanan ini adalah hadiah untuk anda semoga membuat kepekaan dalam diri.
Akhirnya sampailah saya dan teman saya ini disebuah pameran buku. Selanjutnya, mari temanku nikmatilah apa yang ada di dalamnya bacalah sepuasnya, aji mumpung. Kalau bukunya tidak bisa dibawa pulang maka ilmunya silahkan dibawa pulang.
Kami susuri semua stand yang ada, dan kami nikmati buku yang bisa dibaca. Cukup lumayan banyak buku yang bisa kami baca bahkan ada beberapa penulis yang bisa dijumpai. Lama juga kami berada di tempat tersebut karena kami harus memastikan tidak boleh ada satupun stand yang tidak terjamah. Sudah cukup sepertinya kami berada ditempat itu, selanjutnya adalah aku ingin pulang.
Akhirnya angin senja melesatkan langkah kami untuk pulang. Kami lewati berbagai rintangan menyeberangi jalan, mendaki tanjakan, dan berliku-liku digang sempit sebagai jalan tikus. Ada sebuah warung yang menyadarkan bahwa kami ternyata haus, segera tanpa bertanya basa-basi apakah di warung itu menjual minuman atau tidak, segera saya membeli minuman untuk melepas dahaga. Tanpa dinyana-nyana teman saya ini memesan dua mangkok bakso tanpa kol tapi pakai sambel dan ada baksonya, hehehe. Langit berwarna merah menemani suasana makan bersama.
Selesai makan, kamipun kembali melanjutkan perjalanan pulang dengan bus. Tiba di persimpangan, saya harus berpisah dan saya tutup kebersamaan saya dengan mengucapkan “Selamat ulang tahun” dan salam kemesraan: “Assalamualaikum”.
“Kita memang sudah merdeka tapi jangan bilang sudah merdeka kalau tidak bisa membuat hari ini istimewa karena kita memiliki pesulap yang setiap saat bisa membuat kita bahagia sesuai kehendak kita”