Langit terang, senang gembira,pergi bertiga tamasya bersama, tempat sunyi yang telah direncanakan. Perjalananini sudah lama kami rencanakan sesudah perjalanan Jakarta – Bandung tahunkemarin terlaksana , hari ini Alhamdulillah Allah mengizinkan kami untuk pergimelakukan perjalanan berikutnya ke bumi Yogyakarta . Dalam perajalanan kali inidipimpin secara kolektif dan kami membentuk dua fraksi, fraksi pertama adalah perjalanan yang diawali dari Jakarta – Yogyakarta dieksekusi oleh saya dan Fadil Setyanegara dan Fraksi kedua adalah Bandung – Yogyakarta dieksekusi oleh Andri Yusuf Setiawan. Pada akhirnya dua fraksi ini akan menjadi satu karena telah membuat tujuan untuk menyusuri liku bumiMu.
Latar belakang perjalanan kami adalah "Demi cinta Tuhan kepada kita semua serta demi cintaku kepadamu", kami ucapkan kata-kata kami dan kami lakukan apapun saja untuk hanya saling menyelamatkan diantara kita. Dalam perjalanan, kami membawa sebuah janji cinta. Janji cinta adalah lagu kemesraan yang bernama kasih sayang sesama manusia biasanya janji cinta semacam ini kami ucapkan dengan "AssalamualaikumWarahmatullahi Wabarakatuh". Kami tahu, jauh di dalam kalbumu engkau semua membuka pintu untuk cinta semacam ini dan sesungguhnya rohmu mengucapkan "Wa'laikumussalaam Warah matullahi wabarakaatuh". Jadi perjalanan kami tidak untuk bersuka-ria dan secara subtansi kami niatkan untuk bersilaturrahmi kepada saudara-saudara yang kami dapat jumpai dimanapun saja. Saya adalah seseorang yang berada diantara berjuta-juta manusia, dan tak lebih dari itu. Apapun yang terjadi di dalam perjalanan saya adalah anugerah Allah swt terhadap jaminan saya bahwa kemanapun saya pergi saya tidak akan bersentuhan dengan siapapun yang membawa kebencian dan permusuhan. Bukti dari Tuhan dimana bahwa jaminan saya itu terkabul, dimana saya dipersaudarakan dengan sangat banyak manusia yang sungguh-sungguh manusia.
Pada 06 Agustus 2010, pukul 12:30 kereta biru malam kami bertolak dari Stasiun Senen Jakarta menuju Stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Berdasarkan Jadwal kami akan tiba di Yogyakarta pukul 22:00 malam. Ini adalah kali pertama perjalanan kami yang menempuh waktu lumayan lama. Di atas kereta, kami baru menyadari bahwa tiket terakhir yang kami beli adalah tiket tanpa tempat duduk. Bagi kami tidak menjadi masalah tidak mendapat tempat duduk karena kami berpikir dapat duduk di lantai beralaskan koran, namun yang terjadi adalah setiap penumpang menigisi volum ruangan kereta yang tampak masih renggang dan akhirnya yang renggang menjadi penuh sesak ditambah polusi asap dari kretek racun yang dibakar beberapa orang. Tidak ada yang harus disesali kami nikmati saja kereta rakyat yang melaju dengan penuh sesak.
Saya baru merasakan naik kereta rakyat yang ternyata tidak dirakyatkan dan jauh lebih jahat dari apa yang saya bayangkan. Hati saya mengkritik keras atas kejadian yang saya alami di dalam kereta. Kalau tiket yang dijual tersebut sudah memakai sistem online seharusnya tidak terjadi over capcity, karena sistem akan mengatur berapa tiket yang harus dijual di stasiun atau peron berikutnya. Jadi penumpang yang turun akan digantikan dengan penumpang yang akan masuk berikutnya. Tapi yang terjadi adalah terjadi pemenuhan atas kepentingan. Sepertinya regulasi yang dibuat untuk kepentingan kemanusian menjelma menjadi kesepakatan untuk memungut untung sebanyak-banyaknya dan pemerintah tidak pernah berpikir tentang apa yang seharusnya, dalam hal apapun saja, kecuali yang berkaitan dengan keuntungan pribadi pejabatnya. Jadi, mohon saya jangan diminta untuk menegakkan benang basah. Belum lagi praktek kolusi yang terjadi di atas kereta, para pegawai kereta api memperjual belikan tempat duduk kepada penumpang. Akhirnya Rakyat juga yang terkena rensonansi bibit jahat yang selama ini membenam tanpa disadari. Saya sudah kirim pengaduan/kritik via website dan sms ke Departemen Perhubungan semoga saja segera ada itikad baik untuk memperbaiki kesalahan yang sengaja diciptakan. Namun sms yang saya kirim keempat-empatnya gagal semua karena nomor tidak aktif.(bersambung)