Aug 25, 2010

Resensi Buku: GERAKAN PERLAWANAN DARI MASJID KAMPUS

Judul Buku : GERAKAN PERLAWANAN DARI MASJID KAMPUS

Penulis : Andi Rahmat dan Mukhamad Najib

Penerbit : Profetika

Hal : 164
Buku ini menyiratkan pesan perlawanan mahasiswa yang sarat nuansa keislaman. Tidak terlalu salah, karena hampir seluruh buku berkisah tentang sejarah perkembangan gerakan perlawanan mahasiswa yang menjadi fenomena di akhir era 90-an, yaitu KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).


Munculnya KAMMI adalah fenomena, karena organisasi ini kemudian menjadi simbol perlawanan mahasiswa dan rakyat terhadap kezhaliman penguasa, dalam hal ini adalah Soeharto dan koleganya. Ketika organisasi mahasiswa yang telah lama seperti kehabisan darah, maka kehadiran KAMMI laksana darah segar bagi bangkitnya organisasi kemahasiswaan dan keislaman di Indonesia.


Organisasi yang dibentuk aktivis muslim dalam Forum Silaturahmi Lembaga Da`wah Kampus ke X di Universitas Muhammadiyah Malang pada 29 Maret 1998 ini lahir pada situasi yang tepat. Yaitu ketika Indonesia telah menghadapi krisis multidimensional yang tak kunjung usai. Para aktivis yang hadir ketika itu sepakat bahwa mahasiswa muslim harus mengambil peranan sebagai solutor dalam krisis bangsa yang tengah terjadi. Argumennya, mahasiswa muslim bertanggung jawab atas peroan tersebut baik secara ideologis maupun secara historis.


Aksi perdana KAMMI di lapangan Masjid Al-Azhar tanggal 10 April 1998 begitu fenomenal dan menggemparkan. Inilah aksi mahasiswa pertama yang dilakukan di luar kampus pada era Soeharto dengan jumlah massa yang sangat besar (20.000 orang). Kemudian, isu yang diusungpun bukan klise, yaitu reformasi total. Isu yang bagi penguasa Orde Baru bak `palu godam`.


Kemunculan KAMMI dengan semangat da`wahnya ini dipahami pengamat politik Eep Saefullah Fatah sebagai ekses dari politik pembangunan Orde Baru yang sarat ketidak adilan. Akibatnya, mahasiswa menjadi gelisah dan lahirlah sikap dan pikiran-pikiran kritis yang anti `stabilitas politik` ala Orde Baru.


Dan, KAMMI adalah muara dari kegelisahan tersebut. Didukung iklim relijius yang tumbuh di kampus-kampus `sekuler` seperti UI, ITB, IPB, UGM, dan UNAIR sejak awal 80`an yang menggusur identitas mahasiswa BUTA PESTA (Buku, Cinta, dan Pesta) menjadi BUNGA DA`WAH (Buku,Ngaji, dan Da`wah) maka kehadiran KAMMI seolah mempresentasikan potret mahasiswa angkatan baru. Potret dari angkatan baru yang tidak alergi terhadap modernisasi namun juga tidak antipati pada tradisi leluhur. Dalam bahasa lain, inilah organisasi yang mempertemukan intelektualitas dengan moralitas.


Ideologi KAMMI dibangun di atas ideologi Islam. Rasulullah SAW membangun da`wah Islam pertama-tama melalui para pemuda. Yaitu kader-kader muda yang digembleng di `madrasah` Darul Arqom. Dari sudut ini dapat dilihat betapa kelahiran pemuda sebagai penggerak perubahan di dalam masyarakat merupakan hal yang sangat mendasar dalam Islam. Pemuda juga diangap mempunyai kemampuan dan tanggung jawab untuk menghadapi krisis yang melanda masyarakatnya. Ia berfungsi sebagai unsur perubah masyarakat, pembaharu umat, dan perbaikan ummat.


Ideologi Islam mengenai peran pemuda menjiwai ideologi KAMMI yang terumuskan dalam 6 rincian : (1) Kemenangan Islam adalah Jiwa Perjuangan KAMMI, (2) Kebathilan adalah Musuh Abadi KAMMI, (3) Solusi Islam adalah Tawaran Perjuangan KAMMI, (4) Perbaikan adalah Tradisi Perjuangan KAMMI, (5) Kepemimpinan Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI, (6) Persaudaraan adalah Watak Muamalah KAMMI.


Guna membumikan Ideologi tersebut, KAMMI menetapkan visi kedepannya sebagai “ Wadah Perjuangan Permanen yang Melahirkan Pemimpin yang Tangguh untuk Mewujudkan Bangsa dan Negara Indonesia yang Islami”, dan menyatakan misinya sebagai berikut: (1)Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia, (2) Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa, (3) Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera, (4) Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan, (5) Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar).


Harus diakui secara ideologis KAMMI sangat kuat dan mantap karena tidak ada ideologi di dunia yang lebih kuat dari ideologi Islam. Tapi secara empiris-sosiologis KAMMI juga mantap?


Andi Rahmat dan Mukhamad Najib—para penulis buku ini, keduanya adalah pengurus KAMMI Pusat—memaparkan secara sistematis sejarah perkembangan KAMMI dalam buku kecil setebal 164 halaman ini. Pada bagian pengantar keduanya memaparkan peta sejarah gerakan mahasiswa berikut landasan teoritis ideologisnya. Pada bagian satu dilukiskan tentang bagaimana Islam memandang mahasiswa/pemuda berikut posisi masjid secara tekstual maupun kontekstual.


Bagian kedua hingga kelima mengisahkan tahap-tahap perkembangan KAMMI, mulai dari konseptualisasi gerakan, agenda reformasi, peran KAMMI dalam gerakan reformasi, KAMMI dan Amien Rais, KAMMI menjadi Ormas, hingga visi KAMMI ke depan.


Buku ini amat menarik bagi mereka yang ingin mengenal KAMMI lebih jauh. Buku ini cocok bagi mereka yang ingin menjadi konstituen KAMMI. Segenap profil KAMMI hadir lengkap plus landasan teoritis-ideologisnya. Apalagi kedua penulisnya adalah para `operator` KAMMI yang paham betul sepak terjang KAMMI luar dalam.


Laksana Nabi Musa yang tak gentar menghadang Fir`aun, ayah angkatnya karena kezhaliman Fir`aun yang sulit ditolerir, maka begitulah peran KAMMI saat ini. Bergerak mengawal reformasi, Melawan kezhaliman dan penindasan para `bapak-bapaknya`. Maka Selamat Berjuang Musa-Musa Muda!