Nov 13, 2011

Krisis Ekonomi Global Tak Berdampak Pada Indonesia

Bismillah-irrahman-irrahim

Menarik, ketika melihat kondisi perekonomian dunia Amerika dan Uni Eropa.  Neraca pendapatan dan belanja negara Amerika pada tahun 2010, mengalami deifisit sebesar 59,9 % dari pendapatan.  Hal ini akan mengubah perilaku konsumen di Amerika yang dikarenakan bubble hutang. Tren yang terjadi bagi konsumen adalah berhemat dan melunasi hutangnya, secara suka rela atau terpaksa.  Kita saksikan saja apakah amerika akan keluar dari masa krisisnya?. Sebagaimana Narkotik atau obat, Hutang dapat menjadi candu bagi para pelakunya. Mereka akan menambah dosis yang lebih tinggi untuk membangun perekonomian yang semu. Dan pada akhirnya akan terjadi over-dossis, hingga mati.

Uni Eropa bagian PISYI (Portugal, Irlandia, Spanyol, Yunani, Itali) kini juga sedang mengalami masa krisis atau sempoyongan. Jika di Amerika yang mengalami sempoyongan adalah sektor swastanya, konsumennya, bank, dan pemerintahnya yang masih pesta pora. Maka, di Uni Eropa yang sempoyongan adalah Pemerintahnya, Banknya, dan Rakyatnya. Hutang pemerintah Uni Eropa PISYI (Portugal, Irlandia, Spanyol, Yunani, Itali) sudah pada tingkat yang sulit ditangani. Tahun 2010 tingkat hutang Yunani mencapai 142.80% dari GDP; Itali 119.10% dari GDP; Irlandia 96.70% dari GDP; Portugal 93.00% dari GDP, dan Spanyol hanya 60% dari GDP. Sekarang Pemerintah Yunani mengalami kesulitan untuk membayar hutangnya. Pemerintahnya mesti mengencangkan ikat pinggang.

rakyat yang tadinya terbiasa dengan kehidupan enak, tiba-tiba kondisinya berada pada ketidaknyamanan. para konsumen harus hidup hemat, sekaligus membayar hutang-hutangnya, sehingga penghasilan untuk kebutuhan hidup mengkerut. Peristiwa ini akan menjadi penyulut ketidakpuasan. Ketidakpuasan ini akan berdampak pada aksi-aksi yang separatis. Di Amerika terjadi Protes Occupy Wall street, bahkan virus ganas telah menyebar ke Eropa. Di Roma, Protes Occupy Wall Street, sangat brutal. Mobil polisi dibakar dan gedung-gedung juga dibakar.

Maka saksikanlah fenomena bunuh diri besar-besaran yang akan terjadi pada negara-negara krisis. Manusia pada negara-negara krisis tidak pernah terlatih secara psikoligis dalam menghadapi penderitaanya. Bagi Indonesia krisis tersebut tidak memiliki dampak yang berarti. Hal ini bukan karena pemerintahnya. Tetapi, karena manusia Indonesia sudah sangat terlatih dalam berbagai kondisi apapun. Tidak makan seminggu adalah hal yang biasa. Tak perlu embargo dari luar, rakyat Indonesia sudah meng-embargo diri nya dari dalam bahkan lebih baik jika di embargo dari luar. Kondisi Negara yang terdiri dari pulau-pulau melatih rakyat untuk memenuhi kehidupannya dalam keadaan terisolir oleh karena kondisi alam atau oleh unsur kesengajaan. Meskipun rakyat tak pernah diberi udara oleh pemerintah, tetapi mereka tetap survive dengan ubet perekonomiannya.

Sesungguhnya Indonesia memiliki kekuatan perekonomian lokal yang sangat kuat. Misalkan, pada daerah yang punya sumber daya alam memadai, dan andaikan tidak ada pemerintah yang mencampurinya, para penduduk lokal mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menanam dan mengambil dari hasil yang ditanamnya. Salah satu contoh, yaitu pasir yang dihasilkan oleh erupsi merapi di Yogyakarta tahun 2010 lalu. Dengan pasir tersebut jika dihitung secara teknis, penduduk dapat membangun desa lebih bagus dari kondisi sebelumnya dan sisa pasir masih bisa digunakan selama 20 tahun. Sayangnya, pasir tersebut kini diambil alih pemerintah, yang akan diolah berdasarkan kepentingan-kepentingan.

Jangan bersedih, karena itu terjadi tadi dan kemarin. Allah ada dan Masih ada hari esok, Hari esok adalah hari yang bersih, yakinlah bahwa Indonesia bisa berubah. Asalkan kita berada pada jalan yang benar sebagaimana termaktup dalam Al-Fatihah “Ihdinnassiratol-mustaqim (Tunjukilah kami jalan yang lurus)”
.
Referensi :
EOWI. Koreksi Besal Global Ala Amerika, Ala Uni Eropa, Ala China