Dec 10, 2010

Bencana Merapi Sesungguhnya


Pada 8 November 2010, pagi sesudah subuh. Merapi telah men-supply pasir dan abu penyuburan tanah di lereng-lereng, material kesejahteraannya lebih melimpah dari apa yang dilakukan merapi pada 2006. Ini bukanlah sebuah bencana, melainkan ia menjalankan irama keteraturannya yang dijaga oleh Matematika Allah. Manusia harus menyikapi irama merapi dengan kearifan, bijaksana, bersilaturahmi, meneguhkan cinta dan persaudaraan.

Bumi ini tidak ada tali pengait diangkasa yang menjaga agar bumi kita tetap berada pada posisinya, jika Tuhan bergerak sedikit saja kita akan sirna.

Bencana merapi sesungguhnya adalah setelah Merapi mengupayakan penyejahteraan dan penyuburan. Dalam konsep Demokrasi saat ini maka yang menentukan semuanya adalah penguasa. Jika pemerintah pusat intervensi dalam proses recovery pada penduduk Merapi, yang terjadi adalah kapitalisasi terhadap bencana. Rakyat menderita, dan yang senang adalah pengusaha utusan pemerintah yang mengeruk pasir dari hasil erupsi merapi yang jelas-jelas bukan dipersembahkan untuknya melainkan untuk para penduduk merapi. Pasir merapi yang ada menurut perhitungan matematis dapat digunakan penduduk dilingkungan merapi untuk membangun kembali rumah yang hancur bahkan lebih dari itu.

Erupsi gunung merapi belum sampai pada tingkat ke-9. Kadar 9 di’telan’ melalui pernyataan cinta dan pengharapan kepada Sang Maha Pencipta, serta merelakan untuk tidak usah menjadikannya ‘wujud’ di hamparan keduniaan — kemudian spirit 9 itu dirohanikan di wilayah 8, diabadikan, dilicinkan secara siklikal tanpa akhir, sebagaimana ujung pena menggoreskan 8 tanpa bisa menemukan titik untuk mengakhirinya.