Dec 5, 2010

Masyarakat Paling Primitif

(Gambar :R.A.D.E.N T.O.K.A.K Gallery by HIBAN)
Semenjak reformasi 1998 Indonesia sudah mengalami pergantian Presiden lima kali : Habibie yang Profesor, Gus Dur yang kiai, Megawati yang Al-Baqarah, sampai SBY yang militer.

Pohon reformasi telah berhasil dipanjat. Namun, kenyataannya belum semua sistem kepemerintahan kita reformis termasuk reformasi di dalam diri kita. Kondisi negara kita masih karut-marut. Reformasi seharusnya menciptakan sistem baru yang lebih baik untuk mencapai cita-cita bersama bangsa Indonesia.

Hari ini adalah abad ke-21 yaitu zaman pasca-modern . Dimana semua informasi dapat kita akses sedemikian cepat tanpa terbatas jarak dan waktu. Maka terjadilah suatu sistem globalisasi yang memungkinkan untuk menyeragamkan segala sesuatu menjadi satu sehingga menjadi ancaman untuk menggusur potensi lokal yang dimiliki negara kita.

Melihat realitas kondisi bangsa saat ini, mau tidak mau kita akan menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan bangsa ini. Kekayaan alam kita memang melimpah tapi negara terkaya di dunia seperti Jepang dan Swiss adalaah negara termiskin akan sumber daya alam.

Ada sebuah fenomena yang menarik untuk kita amati baik-baik. Perilaku manusia Indonesia pada umumnya, termasuk kawan-kawan kita, tetangga kita, bahkan mungkin juga diri kita sendiri. Mengapa orang lebih memilih menyebrang jalan tanpa menggunakan jembatan penyebrangan? Agar cepat sampai disebrang jalan. Mengapa pedagang kaki lima menjajakan barang dagangannya di pinggir jalan sehingga memacetkan jalan? Agar cepat dapat rejeki banyak. Mengapa ada pembobolan mesin ATM? Ingin cepat kaya. Mengapa Mak Erot laku? Karena banyak laki-laki ingin alat kelaminnya cepat besar. Mengapa beli ijazah sarjana atau doktor? Agar cepat dapat status intelektual. Mengapa motor melawan arus? Ingin cepat sampai tujuan.

Dari semua fenomena yang telah disebutkan kita dapat menilai manusia Indonesia yang cenderung ingin mendapat hasil yang cepat dengan cara yang mudah. Ini pula yang menyebabkan kontes-kontes Putri Indonesia, AFI Indosiar dan Indonesian idol, diikuti oleh banyak remaja. Demikian pula para pejabat ingin menumpuk harta selagi masih menjabat, dan anggota DPR menggaji dirinya sendiri sampai puluhan juta. Mentalitas seperti ini jika kita meminjam terminologi antropologi, adalah mentalitas pemburu atau masyarakat pemburu yaitu masyarakat paling primitif sepanjang sejarah umat manusia.

Masyarakat pemburu terbanyak hidup di wilayah tropis dan sub tropis, karena di situlah alam menyediakan semuanya untuk semua manusia. Semua jenis pangan dan keperluan hidup yang lain, tinggal memetik di hutan, atau mencari di sungai atau di laut. Orang tidak perlu bekerja, cukup menunggu perut lapar, untuk pergi ke hutan atau sungai untuk memungut hasil hutan, berburu babi atau mengail ikan.

Sebaliknya, kehidupan di negara-negara dingin , jauh lebih sulit. Orang harus membuat pakaian yang sangat tebal, agar tubuh selalu hangat. Pada negara-negara dingin orang dituntut untuk bekerja keras dalam mendapatkan makanan karena kondisi alam mereka begitu ekstrem sehingga membutuhkan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari untuk berburu. Dengan kata lain, untuk memungut saja butuh proses yang panjang, termasuk mempersiapkan senjata dan peluru, bekal makanan, dan sebagainya.

Jadi, kita dapat simpulkan bahwa masalah pada bangsa ini salah satunya adalah masih menganut mental pemburu sehingga kita tidak memperhatikan proses. Berbeda dengan mentalitas peternak yang mencoba memanfaatkan dan mengelola alam – sebisa mungkin – dengan teknologi yang makin lama makin berkembang, sehingga diperoleh hasil yang makin lama makin optimal. Mentalitas manusia untuk dapat survive di era pasca modern atau informasi cyber ini adalah mentalitas luwes dan inklusif sehingga cepat menyesuaikan diri dengan keaadan, tanpa dia sendiri menderita stress. Mentalitas cyber ini belum dimiliki oleh semua bangsa, bahkan orang AS sendiri pun masih bermentalitas modern.

---
Disarikan dari:
*Buku Revitalisasi Pertanian