May 2, 2011

Guru Amateur

Bismillah-irrahman-irrahimm...

Proses pendidikan adalah peristiwa yang sudah berlangsung sejak lama, di Indonesia ada beberapa tokoh yang berhasil mempraktikan hasil ijtihadnya dalam proses pendidikan yaitu Ki Hadjar Dewantara dengan taman siswanya, Mohammad Syafe’i (Pendiri INS kayu tanam), dan Tan Malaka yang mendirikan sekolah tan atau sekolah rakyat yang ia sesuaikan dengan konteks keindonesiaan. Beberapa tokoh ini tentunya bergerak karena “ngeraso” yaitu proses menghatikan hati sehingga terciptalah dimensi rasa atau perasaan yang memberikan potensi pengada bagi eksistensi manusia. Perasaan manusia memiliki nilai (aksiologi) mengenai apa yang baik ataupun yang buruk baginya. Dari proses ngeraso kemudian akan menuju pada proses ‘ngerti’ dan selanjutnya ‘ngelaku’ untuk mempraktikkan ijtihadnya sehingga apa yang ia pikirkan tidak hanya sebatas baik dan benar tetapi menjadi nyata, baik, dan benar. Hasil ijtihad para tokoh ini kemudian menjadi sebuah fondasi bagi pendidikan nasional kita, dan selanjutnya banyak disimpangkan akibat ketidaksadaran kita dalam melegitimasi neoliberalisme.


Hari ini begitu banyak orang yang tertarik untuk menjadi guru, maka banyak orang yang berbondong-bondog untuk mengikuti sertifikasi melalui PPG ( Pendidikan Profesi Guru). Berikut kutipan draft Panduan Pendidikan Profesi Guru Prajabatan yang dapat diperoleh dari portal Kementrian Pendidikan Nasional.

“Guru dipandang sebagai jabatan profesional dan karena itu seorang guru harus disiapkan melalui pendidikan profesi.
... Kewajiban menyelenggarakan Pendidikan Profesi Guru (PPG) mengharuskan adanya pedoman atau aturan pelaksanaannya agar kegiatan pendidikan profesi itu dapat segera dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.”

(sumber: http://www.dikti.go.id/index.php?option=com_docman&task=cat_view&gid=108&Itemid=234).

Dari kutipan tersebut, PPG diselengarakan untuk menyediakan guru yang profesional karena guru sebagai jabatan profesi. Dalam PPG ini ada dua yaitu Prajabatan dan Jabatan. Yang perlu dikritisi adalah prajabatan. Setiap Mahasiswa S1 kependidikan wajib mengikuti PPG jika ingin menjadi guru, yang menjadi pertanyaan adalah memangnya apa yang mereka pelajari selama kuliah ?. (silahkan tanyakan pada hati)
Mengenai guru profesional, saya teringat dengan kata “Amatir”. Saya pikir bukan guru profesional  yang diperlukan karena profesionalisme tidak ada hubungannya dengan kualitas guru yang baik. Profesionalisme tendensinya menuju pada spesialisasi kerja dan hasrat memperoleh profit. Loyalitasnya berpihak kepada siapa yang membayar paling tinggi atas profesionalitas yang ditawarkan.

Berbeda dengan Guru Amatir atau pendidik Amatir. Orang-orang amatir adalah mereka yang bekerja atas dorongan cinta. Orang amatiran adalah orang yang mencintai pekerjaannya. Kata amatir adalah bahasa yang di impor dari Inggris “amateur” sederhananya berasal dari kata “amor” yang artinya cinta, representasi seorang pecinta atau amare ‘to love’ yang bermakna mencintai. Jika aktivitas kerja yang didasarkan pada Amatirisme maka bersama cintanya mereka dengan tekun mendidik, mengajar, tak berhenti berkarya dan tak bosan mengasah diri agar hasil pekerjaannya dapat bermanfaat bagi khalayak.

Namun dalam memandang Profesionalisme dan Amateur, kita tidak perlu ributkan mana yang paling benar. Setiap benda yang dipengaruhi gaya tarik akan mudah goyah. Ia dapat bergerak ke kiri, ke kanan, ke depan atau ke belakang sangat bergantung pada besarnya gaya tarik yang mampu menggeser dari posisi asalnya. Goyah adalah keraguan, dan setiap keraguan disinyalir memiliki pengaruh “allazi yuwaswisu fi sudurin-nas, minal-jinnati wan-nas”(Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia dari golongan jin dan manusia) sehingga menghambat atau bahkan tidak melaju untuk menghangarkan sampai ke tempat tujuan.

Profesionalisme dan Amatir harus disikapi dengan empan papan, menempatkan segala sesuatunya pada posisi dan situasi yang tepat. Jangan sampai garpu digunakan untuk mengambil kuah sayur dan sendok digunakan untuk menusuk tahu, tempe dan daging. Nikmatilah selaga sesuatnya dengan rasa syukur hingga merasuk kedalam relung-relung hatimu.

“Alam adalah pengetahuan yang membisu, Akal mencoba menerjemahkannya”