Tukang kritik memang tidak boleh mati dalam setiap peradaban, sebab mereka mengingatkan. Kritik adalah bukan mahram sebab ia bisa dinikahi dan sesudah nikah pun juga dapat membatalkan wudhunya. Jika kritik mahram itu namanya nepotisme.
Jika hasil dari produktivitas adalah menghasilkan karya. maka untuk menikmati hasil produktivitas tersebut tentunya dibutuhkan penilaian mengenai nilai-nilai yang dikandungnya. Kritik mampu menunjukan hal-hal yang bernilai atau tidak bernilai. Kritik akan menunjukan hal-hal yang belum dikandung dari suatu karya, sehingga kritik menjadi bahan untuk pengembangan kualitas suatu karya. Untuk itu lahirnya kritik bukanlah untuk berkomentar yang melahirkan daftar runtutan masalah yang dikandung dari suatu karya, tetapi kritik mampu memberikan cara pandang (solusi) untuk menikmati sebuah karya agar dapat dinikmati orang banyak (publik).
Aksi demonstrasi pun seharusnya demikian, selain membawa daftar permasalahan terhadap tuntutan yang diteriakannya. Solusi terhadap daftar masalah mesti dilampirkan dalam setiap aksi agar para demonstran tidak disebut pedagang obat. Sehingga aksi tersebut bukanlah pemenuhan syahwat belaka, tetapi juga mampu memberikan bahan untuk keluar dari permasalahan yang didengungkannya.