Dec 15, 2012

Pedagang Kacang : Yang Kau dorong Bukan Dunia

Alhamdulillah
Bismillah-irrahman-irrahim
Malam ini, entah kenapa timbul sebuah perasaan yang romantik dengan pejual kacang. Kepulan asap rebusan kacang membumbung ke langit-langit kelam. Begitu khsusuknya sang pedagang mendengarkan diskusi parlemen jalanan malam itu. Apa yang Dia dengar, biasanya disampaikan di ruang-ruang kuliah yang jauh dari kenyataan. Tapi kali ini sang pedagang ikut kuliah umum sambil menjajakan kacang-kacang rebus yang menjadi snack para peserta parlemen jalanan.

Sejenak saya memasuki kehidupan sang penjaual kacang. Kok mau ya tengah malam berjualan kacang. Kebanyakan orang dimalam hari mengisi aktivitasnya untuk beristirahat. Penjual kacang memasuki gang-gang untuk mencari calon pembeli yang membutuhkan kacangnya. Ya Allah.. saya tidak bisa membayangkan seperti apa kesabaran sang penjual kacang mendorong gerobaknya hanya untuk mencari momentum hidayahMu. Peristiwa bertemunya seorang pembeli kacang dengan penjual kacang bukanlah secara kebetulan. Jika saja kecepatan gerobak lambat sekian detik atau lebih cepat sekian detik apakah masih bisa bertemu antara pembeli dan penjual kacang?. Penjual kacang hanya melakukan ikhtiar dengan mendorong gerobaknya memasuki pelosok-pelosok jalan, dan peristiwa terjadinya jual-beli tidak bisa mengabaikan bahwa semua upaya sepak terjang Penjual kacang sesungguhnya terdapat peran kesengajaan Allah atas nasib penjual kacang.

Belajar dari kegigihan Sang Penjual kacang yang ikhlas untuk berjalan ditengah malam hanya untuk memenuhi nafkah keluarganya, kalau saja Penjual Kacang tidak memiliki pengendalian terhadap dirinya ia pasti lebih baik merampok dari pada harus repot-repot berjalan kaki mendorong gerobak menembus kegelapan. Cerminan penjual kacang adalah bentuk keyakinan bahwa Allah sangat adil dalam mengatur distribusi rizki hamba-hambaNya, mungkin itu yang menjadikan Sang Penjual Kacang tidak memilih menjadi perampok, maling, atau pencopet. Padanya kutemukan wajahMu.

Bukankah kita semua inginnya menjadi Menteri, Presiden, orang besar seperti pejabat atau minimal setingkat pegawai. Kebanyakan dari kita juga ingin mendapatkan uang secara ekspres dengan hasil yang sebanyak-banyaknya untuk itu kita menjebak diri ditempat-tempat yang bisa melakukan korupsi-korupsi. Bagaimana jika nanti hidup membawa kita untuk jadi tukang bakso, apakah kita semua siap untuk itu?. Kalau masih terdapat ketakutan terhadap sesuatu yang bentuknya materaialisme, Keduniaan, atau hal-hal kecil dalam hidup, mungkin kita belum mencapai Khauf illallah.  Pada wajah penjual Kacang tidak saya lihat penyesalan hidup, ia bersedia keliling kampung untuk memberi makan keluarganya dengan keringatnya sendiri. Tak ada alasan bagiku untuk merendahkan hambaMu itu, sungguh Dia adalah manusia yang mulia dihadapanMu. Dia tidak mendorong gerobaknya untuk dunia melainkan untuk akhirat. Dia tidak memburu kekayaan tapi kebaikan.[kar]

Jakarta
15 September 2012