Nov 20, 2013

Manusia dan Ongkos Naik Bus



Bismillah-irrahman-irrahim

Teringat kisah kakek saya ketika muda dulu. Ia punya cita-cita sederhana, ingin menjadi supir. Yang ada dibenaknya adalah kalau sudah jadi supir, uang penghasilannya akan dipakai untuk mengobati ibunya yang ketika itu sedang sakit keras.


Singkatya, awal karir kakek saya diawali jadi kernet sebuah bus jurusan Bandung - Jakarta -- tahun 60-an. Suatu ketika ia menyaksikan seorang bapak yang sudah tua dituruni dari sebuah bus karena tidak memiliki uang. Kemudian orang tua ini naik ke bus yang dikerneti oleh kakek saya.
“mau kemana pak?” Tanya kakek saya.

“bapak mau ke karawang. Tapi bapak ngga punya uang sep” jawab sang bapak.

“ya sudah bapak duduk disini”  kakek saya mempersilahkan duduk.

Ada hal yang ingin saya sampaikan dari kerisauan saya bercermin dari kisah diatas. Alhamdulillah Kakek saya tidak memandang rendah manusia dari pada uang. Kalau hari ini anda atau saya naik bus tanpa sengaja tidak memiliki ongkos, saya tidak terlalu memiliki keyakinan sang kernet mempersilahkan anda sampai tujuan. Naiklah bus tanpa membawa uang anda akan diturunkan ditengah jalan. Naikkan uang ke bus maka uang tak akan dibuang.

Ekonomi kita hari ini tidak pernah pararel dengan kemanusian. Laba adalah keuntungan diwilayah materi meskipun itu melukai kemanusian. Dan tidak laba sama dengan kerugian, mereka (orang-orang modern) merasa rugi kalau menjual barang yang harganya 10.000 kepada orang yang hanya punya uang 5.000. Bagaimana saya bisa mengatakan bahwa ekonomi adalah kegiatan manusia kalau ia hanya wilayah laba dan rugi, kemerdekaan untuk menumpuk dan serakah, memperoleh untung dari eksplorasi modal sekecil-kecilnya. Hinga yang terjadi Ekonomi hanya ekonomi yang tidak ada hubungannya dengan etika, moralitas, bahkan akidah-akidah keagamaan.

Ekonomi yang dijalankan manusia tentunya harus menuju keberadaban, yakni kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Berendah hatilah, bahwa ekonomi juga punya kaitan erat dengan agama, berdagang bukan hanya urusan dunia tapi juga ibadah yang jika diorientasikan pada ketauhida-an insyaAllah akan menghasilkan laba yang sangat besar dibandingkan dengan laba materi. Harga manusia lebih tinggi dari ongkos naik bus. Semoga kita temukan manusia ditengah perjalanan ekonomi

… dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa.” (2:41)