Bismillah-irrahman-irrahim
Teringat kisah kakek saya ketika muda dulu. Ia punya cita-cita
sederhana, ingin menjadi supir. Yang ada dibenaknya adalah kalau sudah jadi
supir, uang penghasilannya akan dipakai untuk mengobati ibunya yang ketika itu
sedang sakit keras.
Singkatya, awal karir kakek saya diawali jadi kernet sebuah bus
jurusan Bandung - Jakarta -- tahun 60-an. Suatu ketika ia menyaksikan
seorang bapak yang sudah tua dituruni dari sebuah bus karena tidak memiliki
uang. Kemudian orang tua ini naik ke bus yang dikerneti oleh kakek saya.
“mau kemana pak?” Tanya kakek saya.
“bapak mau ke karawang. Tapi bapak ngga punya uang sep” jawab sang
bapak.
“ya sudah bapak duduk disini”
kakek saya mempersilahkan duduk.
Ada hal yang ingin saya sampaikan dari kerisauan saya bercermin dari
kisah diatas. Alhamdulillah Kakek saya tidak memandang rendah manusia dari pada
uang. Kalau hari ini anda atau saya naik bus tanpa sengaja tidak memiliki
ongkos, saya tidak terlalu memiliki keyakinan sang kernet mempersilahkan anda
sampai tujuan. Naiklah bus tanpa membawa uang anda akan diturunkan ditengah
jalan. Naikkan uang ke bus maka uang tak akan dibuang.
Ekonomi kita hari ini tidak pernah pararel dengan kemanusian. Laba adalah
keuntungan diwilayah materi meskipun itu melukai kemanusian. Dan tidak laba
sama dengan kerugian, mereka (orang-orang modern) merasa rugi kalau menjual
barang yang harganya 10.000 kepada orang yang hanya punya uang 5.000.
Bagaimana saya bisa mengatakan bahwa ekonomi adalah kegiatan manusia kalau ia
hanya wilayah laba dan rugi, kemerdekaan untuk menumpuk dan serakah, memperoleh
untung dari eksplorasi modal sekecil-kecilnya. Hinga yang terjadi Ekonomi hanya
ekonomi yang tidak ada hubungannya dengan etika, moralitas, bahkan
akidah-akidah keagamaan.
Ekonomi yang dijalankan manusia tentunya harus menuju keberadaban,
yakni kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Berendah hatilah, bahwa ekonomi juga
punya kaitan erat dengan agama, berdagang bukan hanya urusan dunia tapi juga
ibadah yang jika diorientasikan pada ketauhida-an insyaAllah akan menghasilkan
laba yang sangat besar dibandingkan dengan laba materi. Harga manusia lebih
tinggi dari ongkos naik bus. Semoga kita temukan manusia ditengah perjalanan
ekonomi
“… dan
janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya
kepada Akulah kamu harus bertakwa.” (2:41)