Mar 25, 2014

"Iqra bismirabbika-ladzi-kholaq" Untuk PEMILU 2014

Alhamdulillah
Bismillah-irrahman-irrahim


Rumus sederhana untuk makan suatu makanan adalah kita memiliki pengetahuan mengenai makanan yang akan dimakan. Jelasnya kita tidak akan makan kalau itu bukan makanan, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Jadi masihkah kita akan makan kacang  jika berdasarkan pengetahuan itu bukan benar-benar kacang?. Apa namanya kalau orang makan makanan yang berdasarkan pengetahuan itu bukan makanan yang menyehatkan?.


Hari-hari dimana rakyat Indonesia raya harus bersiap-siap untuk masuk dalam teater lima tahunan, yang akan digiring menuju kotak-kotak pemilu. Pertanyaannya, seberapa jauh atau berapa persen rakyat mengetahui tentang orang yang akan dipilih menjadi wakilnya di dalam parlemen ?. Meskipun secara administratif belum ada yang melantik kita semua menjadi rakyat, sebab kita baru dilantik menjadi penduduk melalui kartu tanda penduduk. Kalau pakai rumus sederhana mengenai cara kita untuk makan, maka menjadi sangat penting bagi kita semua untuk memiliki pengetahuan mengenai orang-orang yang akan dipilih. Nah, selanjutnya dari mana pengetahuan kita mengengai tokoh-tokoh yang akan dipilih itu?. Apakah dari survey-survey di media (internet, koran, televisi)? Berapa persen tingkat kepercayaan kita semua dengan media hari ini?. Kalau pengetahuan tentang api dijelaskan ke dalam satu disertasi doktor pun, kemungkinan anda belum percaya sebelum menjilat api. Sebab apa saja yang produk bikinan manusia masih bisa mengandung Raiba Fih, kecuali Al-Quran yakni La Raiba Fih.

Lantas bagaimana kita memilih untuk sesuatu yang harus kita pilih dan diantara pilihan-pilihan itu kita belum tahu benar siapa dia, berapa istrinya, bagaimana keluarganya. Rasanya memang tidak adil kalau diantara wajah-wajah yang ditempel-tempel itu pasti jelek semua. Ada konteks dan urusannya masing-masing. Kalau saya ungkapkan sebuah ayat , mohon jangan digolongkan sebagai kelompok tertentu apa lagi sebagai tulisan religius. Allah menyampaikan firmanNya melalui Rasulullah untuk umat-Nya tidak terbatas pada identitas tertentu. "Bacalah, dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan". Membaca adalah proses untuk mengetahui segala hal tentang sesuatu. Membaca bisa berarti mengamati, mendengar, dan itu tidak terbatas. Dengan membaca berarti kita berupaya untuk memperjuangkan proses rasionalisasi kepemimpinan.  Namun agar proses "Iqra" tidak mencelakakan bagi yang melakukannya, maka terdapat lanjutannya yakni "bismi-rabbika-ladzi-kholak", artinya segala sesuatu yang kita baca harus dilandaskan berdasarkan Allah Yang Maha Menciptakan. Sebab di dalam diri manusia ada kemungkinan lain dalam membaca sesuatu selain berlandaskan Allah, seperti kepentingan-kepentingan dan nafsu. Dan Apakah bahan-bahan yang kita baca mengenai informasi caleg, calon presiden, atau apapun itu yang berasal dari media atau lembaga survey itu dilandaskan untuk semua umat manusia ataukah kepentingan-kepentingan kelompok atau nafsu pribadi ?.

Kemanakah kita sandarkan harapan jika sebuah kapal terombang-ambing ditengah gelombang dengan ketidakpastian?. Tidak ada jalan lain bagi kita semua kecuali kita serahkan pada Allah. Maka rumus utama untuk 'membaca' informasi-informasi dalam pemilu ini adalah tidak melepas diri dari "Dia yang menciptakan manusia dari segumpal darah". Menempatkan diri sebagai manusia yang terbatas kemampuannya. Kalaupun masih ada informasi yang sifatnya masih syubhat dan kita diharuskan untuk memilih, maka Islam punya metode, ada shalatnya untuk meminta petunjuk atas pilihan-pilihan itu. "Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya".   

Kalau kamu berdoa minta kesejahteraan bagi bangsa Indonesia kepada Tuhan, jangan sampai Tuhan mengomentarimu "Kamu ngga milih kok minta bangsamu disejahterahkan".

Jangan menagih, sebelum memberi
Jangan meminta, sebelum mengasih
Jangan menuntut, sebelum segala sesuatunya dipenuhi

Kalau memang apa yang dipilih oleh saudara-saudara semua tidak sesuai harapan dan tidak bisa kita awasi atau dikontrol. Maka ingat : jika pemimpin menyakiti rakyatnya maka Allah akan marah padanya. Sebab Rakyat dan Allah menyatu di dalam kalbu menjadi segala pusat aktifitas tatanan makro kosmos maupun mikro kosmos. Wa-llahu khoyrul maakirin.