Dec 18, 2014

Untuk Bapak Abdul Kholiq

Malam itu saya tanyakan padanya. "Sehari-hari jadi nelayan pak?". Karena letak masjid berada di pesisir pantai, maka saya tanyakan demikian pada seorang bapak pengurus masjid.
Dijawabnya "kalau saya melaut, siapa yang ngurus masjid. Nanti masjid kosong".

Agak penasaran saya mengenai bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Namun selebihnya saya tidak sanggup mengajukan pertanyaan mengenai hal itu. Cukup jawabnya "wa anta khoiru-rroziqin"

Diujung pesisir yang penduduknya cukup banyak, beliau punya jabatan lebih dari satu. Kalau masjid berdebu, ia posisikan diri untuk menjadi petugas kebersihan. Kalau waktunya khutbah jumat, ia naik mimbar jadi khatib. Kalau anak-anak datang beramai-ramai, ia jadi seorang guru mengajarkan alif, ba, ta,tsa agar selamat kehidupan sang anak dunia-akhirat. Itu semua bukan karena haus akan jabatan, tapi siapa lagi selain beliau yang mesti bertanggungjawab terhadap hal itu.

Bangsa kita kehilangan sosok yang demikian. Pekerjaan-pekerjaan mulia seperti guru tidak dihargai lagi di masyarakat, sebab hampir semua memandang guru bukan dengan metode rohaniah, melainkan dengan materi. Hingga banyak orang yang konsentrasinya berubah, lebih meninggikan dan mendukung orang yang punya kekayaan, jabatan, dan kekuasaan. Padahal guru adalah pekerjaan rohani, yang mesti diberikan perhatian dan apresiasi sepenuhnya agar tidak mengalami kekalahan. Wajar kalau bangsa ini banyak menghadapi kegagalan.

Tapi bapak yang bernama Abdul Kholiq, beliau tidak merasa minder, tidak risau apalagi berkecil hati. Sebab ia jalankan semua dengan ikhlas dan rasa syukur.

Saya hanya ingin ungkapkan semua hal yang beliau kerjakan adalah semulia-mulianya pekerjaan, meskipun lahannya tidak memungkinkan untuk tumbuh, tapi ia begitu setia pada proses. Kelak masyarakat pasti akan menemukan mahkota beliau. Dan disitu pasti Allah berikan rezeki khusus padanya.

---
Kalau ada penduduk kampung Allah selamatkan dari marabahaya, bisa jadi bukan karena pemecah ombak yang dibangunnya, melainkan karena Allah menyayangi seorang yang melantunkan adzan dipojok yang terasing dan kualitas pengabdian dirinya.

Barat Jakarta
03.47
01 Desember 2014