Dijawabnya "kalau saya melaut, siapa yang ngurus masjid. Nanti masjid kosong".
Agak penasaran saya mengenai bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Diujung pesisir yang penduduknya cukup banyak, beliau punya jabatan lebih dari satu. Kalau masjid berdebu, ia posisikan diri untuk menjadi petugas kebersihan. Kalau waktunya khutbah jumat, ia naik mimbar jadi khatib. Kalau anak-anak datang beramai-ramai, ia jadi seorang guru mengajarkan alif, ba, ta,tsa agar selamat kehidupan sang anak dunia-akhirat. Itu semua bukan karena haus akan jabatan, tapi siapa lagi selain beliau yang mesti bertanggungjawa
Bangsa kita kehilangan sosok yang demikian. Pekerjaan-peker
Tapi bapak yang bernama Abdul Kholiq, beliau tidak merasa minder, tidak risau apalagi berkecil hati. Sebab ia jalankan semua dengan ikhlas dan rasa syukur.
Saya hanya ingin ungkapkan semua hal yang beliau kerjakan adalah semulia-muliany
---
Kalau ada penduduk kampung Allah selamatkan dari marabahaya, bisa jadi bukan karena pemecah ombak yang dibangunnya, melainkan karena Allah menyayangi seorang yang melantunkan adzan dipojok yang terasing dan kualitas pengabdian dirinya.
Barat Jakarta
03.47
01 Desember 2014