Feb 7, 2016

Yang Diam pun Bisa Tumbuh

Bismillah-irrahman-irrahim

Diriwayatkan oleh Auf bin Abi Quhdam “Dijumpai dijaman Ziyad atau Ibnu Ziyad suatu lubang yang di dalamnya ada biji gandum sebesar bawang. Padanya tertulis  ‘ini tumbuh di jaman yang adil’”(Musnad Ahmad no. 7936 dan tafsir Ibnu Katsir 3/436)

Saya bertanya-tanya apakah disaat jaman yang adil itu, ada pabrik-pabrik yang memproduksi pupuk? Kemudian di marketingkan supaya petani-petani memakainya agar hasil panennya begini dan begitu. Kalau pernah menyaksikan hutan belantara, misalnya lewat gambar atau mungkin pernah mendatanginya langsung, apakah ribuan pohon yang membuat rindang iklim disekitarnya diberi pupuk yang diproduksi di pabrik-pabrik? Sepengetahuan saya yang terbatas ini, rasanya hutan yang liar itu tumbuh tanpa diatur oleh manusia dengan takaran pupuknya sekian gram, ditabur seminggu sekali, dan disirami setiap sore.

Allah kasih batasan-batasan berupa aturan hukum, biasanya kita sebut sunatullah. Sehingga alam punya cara bagaimana pohon, tanaman, atau tumbuhan yang diam dan hidup di alam liar pun bisa tumbuh dan berkembang, sekalipun tidak ada manusia yang memberinya asupan nutrisi. Betapa mandirinya pohon dan tumbuh-tumbuhan itu.

Robbana ma kholaqta hadza batila. Allah kasih landasan ayat tersebut, supaya manusia meneliti, mencari, dan menemukan kalau apa yang diciptakan-Nya tidak ada yang sia-sia. Termasuk cacing yang menggeliat-geliat punya peran untuk menggemburkan tanah. Mikroba yang tak terjangkau oleh frekuensi mata manusia adalah pekerja sejati yang bekerja dengan ikhlas untuk mendistribusikan nutrisi, memproduksi vitamin, memberikan asupan hormon, dan enzim yang dibutuhkan oleh tanaman sebagai saudaranya. Asas hubungannya adalah silaturahim.

Tapi saking pintarnya manusia. Sampai-sampai menggantikan peran cacing dan mikroba. Dibuatnya industri pupuk dengan menyebar beragam zat kimia yang dipercaya sebagai penyubur tanaman dan meningkatka produksi tanaman. Semenjak itu, tanah, sawah, perkebunan diperlakukan sebagai pabrik. Dan ternyata yang terjadi adalah memotong eksositem agar tanaman terhindar dari hama. Jadi sebenarnya siapakah yang kejam, hama atau perusak eksosistem? Tugas kita sesungguhnya adalah cukup menjaga agar ekosistem atau daur hidup itu tetap terjaga dalam keseimbangan. Tapi kita iseng, memutus silaturahim mirko-organisme dengan makro-organisme yang membentuk konsorsiumatas simbiosis mutualisme. Kita hancurkan bioreaktor alam yang memberi “ruang” pada proses silaturahim mikro-organisme dan makro-organisme tanah.

Kita percaya dengan penggunaan pupuk sebagai penyubur, padahal aslinya kita sedang merusak biota-biota tanah. Kita bermaksud menjaga tanaman dari hama-hama padahal kita sedang hancurkan keseimbangan ekosistem.

Saatnya kembali. Haaza bayanun linnas