PERJALANAN (2)
Kereta yang kami tunggu tiba,kami langsung naik dan mencari tempat duduk. Alhamdulillah, ada gerbong yang kosong sehingga kami bisa duduk dan merebahkan tubuh ini yang merasa lelah. Kami berdua bergantian istirahat, karena kami berada di gerbong paling belakang. Petugas mengingatkan untuk berhati-hati, karena di daerah yang kami lewati rawan dengan kejahatan, sewaktu-waktu mereka bisa loncat masuk ke kereta yang kami tumpangi.
Kira-kira 60 menit alarm di handphone berbunyi, ini menandakan kami akan segera sampai di tempat tujuan, sebelumnya kami telah memperhitungkan dan memberi waktu untuk istirahat agar tidak kelewatan. Namun, saya kembali memejamkan mata, tidak lama kemudian petugas kereta mengingatkan kereta sebentar lagi akan berhenti di Stasiun Bandung, akhirnya saya bangun dan menunggu sampai kereta singgah. Tepat pukul 01.05 kami tiba di Stasiun Bandung.
Di Stasiun Bandung kami merasakan suasana sunyi hanya ada petugas keamanan di Stasiun. Kami berjalan keluar meninggalkan stasiun. Di jalan kami bertujuan untuk mencari masjid karena belum melaksanakan shalat isya. Di sepanjang jalan kami mencari dan menelusuri jalan untuk menemukan masjid. Sungguh ironis di Kota Bandung , kami sama sekali tidak menemukan masjid di pinggir jalan, yang ada hotel-hotel. Tadinya kami berniat menginap di Hotel, tapi uangnya kurang, ya sudah kami putuskan untuk mencari Masjid. Waktu menunjukan 01.30 pagi berarti hari telah berubah menjadi 18 Nopember 2009, kami belum juga menemukan masjid sementara, perjalanan kami sudah amat jauh, langkah kami sudah memasuki ciampelas. Terus kami langkahkan kaki kami ke perumahan, sampai kami melihat sebuah bacaan yayasan pesantren, kami coba masuk ke sebuah gang, kami berharap bisa menemukan masjid. Kami melihat menara masjid, kemudian kami coba mencari untuk menemukan masjid itu, tetapi setelah kami temukan masjid, ternyata di kunci. Ada 3 masjid di kampung itu, tetapi semuanya dikunci.
Hentakan kaki kami menghiasi pagi yang masih gelap di sebuah gang. Dengan perasaan was-was kami langkahkan kaki ini perlahan-lahan, karena takut membangunkan warga yang ter lelap tertidur. Akhirnya kami keluar kami keluar dari perkampungan dan kembali menyusuri jalan raya untuk menemukan masjid. Tepat pukul 02.00 pagi, Perjalanan kami akhirnya tidak sia-sia, ada sebuah masjid yang berada di pinggir jalan, segera kami menuju masjid itu. Saya coba membuka pintu masjid, ternyata masjid tidak dikunci. Kemudian kami menuju tempat wudhu, untuk mengambil wudhu. Tapi setelah kami buka keran air, tak ada sedikit pun air yang keluar. Kami berusaha mencari saklar air, tetapi kami tidak dapat menemukannya. Karena takut dicurigai, kami hentikan pencarian. Dengan kondisi yang sangat darurat, kami bersuci menggunakan air embun yang ada di pohon bambu tepat di halaman masjid. setelah itu kami segera tunaikan shalat isya.
Selesai shalat, kami langsung putuskan untuk istirahat di masjid. Tubuh ini sudah merasa lelah, kami harus segera istirahatkan. Suara kendaraan bermotor seketika membangunkan istirahat saya, karena saya berusaha untuk tidak terlelap dalam tidur takut kesiangan, kemudian saya kembali pejamkan mata. Tepat pukul 04.00, saya merasakan aura aktifitas orang, langsung saya bangun dan setelah saya lihat keluar ternyata ada penjaga masjid yang hendak turun dari tangga, segera saya bangunkan Fadil yang sedang tertidur pulas. Fadil langsung duduk, beliau kemudian melihat Jam, karena belum terdengar Adzan Shubuh beliau kemudian memejamkan mata kembali dalam keadaan duduk. Sementara saya tetap menjaga mata untuk tetap terbangun, saya duduk sambil memperhatikan penjaga masjid itu, ternyata dia hendak melaksanakan shalat malam. Ketika sedang memperhatikan penjaga masjid shalat, terdengar gema suara Adzan, kembali saya bangunkan Fadil untuk memberitahukan bahwa waktu sudah memasuki waktu shubuh. Fadil terbangun, segera saya tinggal untuk mengambil wudhu. Setelah selesai mengambil wudhu, saya segera masuk ke masjid sambil mendengarkan adzan. Tiba-tiba ada seorang pemuda masuk ke masjid, nampaknya beliau sudah bersiap-siap untuk melakukan aktifitasnya, saya perhatikan beliau kemudian dia balas dengan senyuman dan akhirnya saya berjabat tangan dengannya. Jabat tangan itu saya rasakan begitu besar efeknya, karena saya merasakan begitu eratnya persaudaraan terhadap sesama muslim.
Selesai mengerjakan ibadah shalat shubuh, saya langsung segera mandi dan berganti pakaian. Sementara, Fadil saya perhatikan tidur kembali. Udara pagi di kota Bandung begitu segar dan sejuk, pepohonan telah memberikan hasil produksinya selama semalaman mendaur ulang udara kotor menjadi udara yang kaya dengan oksigen. Saya sudah siap melanjutkan perjalanan, namun waktu menunjukan pukul 05.00 terlalu pagi kami melanjutkan perjalanan. Jadi, saya kembali duduk di dalam masjid sambil berzikir, sementara Fadil terlelap dalam tidurnya sedari tadi.
Dalam kekhusukan saya menyaksikan aktivitas yang begitu kontras. Saya melihat seorang pedagang roti singgah di masjid, beliau akan melaksanakan shalat shubuh. Melihat pemandangan ini saya merasa bersyukur, selain usahanya mencari rezeki dia tidak lupa untuk menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah. Semoga Allah memberikan pertolongannya. Kemudian, tidak lama ada seorang Kakek, raut wajahnya menunjukan kerasnya mempertahankan hidup di bumi fana, tubuhnya yang sarat mendorong gerobaknya mencari barang-barang bekas untuk mendapatkan uang. Gerobak beliau di parkir di depan halaman masjid, kemudian beliau mengambil wudhu dan segera melaksanakan shalat shubuh. Melihat kondisi seperti ini, selalu membuat pertanyaan di dalam hati saya, apa yang dapat saya bantu untuk mereka?, saya hanya dapat berdoa semoga Allah segera memberikan pertolongannya, mungkin apa yang beliau minta masih tersimpan di sorga, menunggu siap menerimannya. Selanjutnya saya menyaksikan kembali sebuah kejadian yang membuat saya takjub, ada seorang pemuda masuk ke masjid, dia rebahkan tubuhnya sejenak sambil menyandarkan badannya ke dinding, tampak wajahnya yang lusuh di landa kegalaun. Tak lama, pemuda itu bangkit dan segera mengambil wudhu, setelah itu dia masuk ke masjid menuju mimbar dan mengambil kitab suci Al-Quran dan membacanya. Ternyata beliau sedang menenangkan hatinya yang sedang gundah dan mencoba meminta pertolongan kepada sang khalik. Saya pikir tindakan beliau sangat tepat, datang kepada Allah untuk meminta pertolongannya. Kering air mata hapuslah duka adalah firman Mu pemandu jalanku.(Bersambung)