Jun 26, 2012

Jual – Beli Pendidikan ??


Alhamdulillah
Bismillah

Kehancuran abad modern adalah kita tidak mampu membedakan mana yang harus diperjual-belikan. Peristiwa jual-beli bisa dikatakan sebuah perniagaan. Rizki setiap orang hamba memang telah diregulasi oleh Allah berdasarkan takaran-takaran matematika-Nya. Untuk memperolehnya, manusia harus berupaya dengan segala kemampuannya, namun jika hal tersebut tidak dilakukan, sama halnya dengan merendahkan ciptaan-Nya. Keuntungan dan Kerugian adalah kau sendiri yang menentukan sesudah Allah. Manusia berbeda dengan kadal, kadal tidak bia berpikir tapi manusia mampu melakukannya. Jika manusia masih galau terhadap hari esok, kita bawa saja ia kepengadilan para kadal-kadal.

Titik kulminasi peradaban Kapitalis, memacu manusia untuk menjual segala hal tanpa perhitungan-perhitungan terhadap lingkungan, kemanusiaan, kebudayaan, dan pendidikan. Jika peristiwa manusia yang dikategorikan ibadah, dinilai dengan angka-angka, masihkah peristiwa tersebut dikategorikan ibadah?. Peristiwa sang dokter untuk menyuntik pasiennya yang merupakan bagian dari usaha pengobatan, hal demikian merupakah ibadah yakni memberikan pertolongan. Namun, masihkah peristiwa tersebut disebut ibadah jika setiap satu kali menyuntik dikenakan tarif sekian puluh ribu.  Bagaimana pula jika peristiwa seorang guru yang menyampaikan ilmu kepada muridnya, kemudian sang murid dimintakan ratusan ribu agar peristiwa belajar-mengajar dapat berlangsung. Jika setiap peristiwa manusia hanya disandarkan pada dunia industrialisasi, kita tunggu saja peradaban manusia terkurung dipojok gudang yang pengap, sehingga menjadi benda padat yang beku. 

Kalau saya kembarai pelosok-pelosok kampus. Hampir setiap hari bertemu anak-anak yang mengelola potensi lingkungannya agar terjadi kegiatan ekonomi. Jujur saja, saya selalu ingin bersembunyi ketika menyaksikan peristiwa yang semestinya tidak dibebankan untuk usia mereka. Tapi saya ingat perkataan mbah, “jangan sekali-kali melarikan diri dari kenyataan hidup. Meskipun itu pahit”.  Keadaan hari ini hampir mirip dengan zaman kolonial—orang-orang yang bisa menikmati pendidikan adalah mereka yang berasal dari kalangan tertentu. Bukankah demikian, Sekolah men-jual dengan berbagai teori marketing dan di beli oleh yang mampu membayar. Yang tidak membayar harus siap menyimpan harapannya. 

Historis Pendidikan di Indonesia
Secara historis pendidikan Indonesia mengalami berbagi fase perkembangan sejarah. Dalam perjalanan waktu, pendidikan Indonesia dimulai dari Pra-Kolonial, Masa Kolonial, Masa Soekarno, Orde Baru, dan Reformasi. Fase-fase tersebut memiliki psosisi, tujuan,    pergerakan politik yang berbeda-beda. Secara garis besar kita dapat melihat fase perkembangan pendidika pada tabel dibawah ini :
Masa
Pra-Kolonial
Kolonial
Soekarno
Orde Baru
Reformasi
Formal (Resmi oleh ‘negara’)
Pendidikan militer, Pembibitan penerus takhta kerajaan
HIS, MULO, HBS dll (Kolonial Hindia Belanda)
Sd, SMP, SMA, PT(Pemerintah Indonesia)
TK, Sd, SMP, SMA, PT (Pemerintah Indonesia)
Playgroup TK, SD, SMP, SMA, PT (Pemerintah Indonesia)
Non-Formal yang diatur negara
-
-
-
SKB, Kejar Paket A, B, dan C
SKB, Kejar Paket A, B, dan C
Formal non-Negara
-
Taman Siswa, Sekolah Rakyat Tan Malaka, dll.
Taman Siswa, INS Kayu Tanam
Sekolah swasta dibawah yayasan
Sekolah swasta dibawah yayasan
Non-Formal (non-negara
Padepokan, Pesanter, perguruan. Dll
Pesantren gerakan bawah tanah PKI dll
Pesantren, klub studi
Pesantren, kursus,  klub studi mahasiswa, LSM
Sekolah alternatif, homeschooling, Pesantren, LSM
Arah politik Pendidikan negara (pendidikan formal)
Status Quo kekuasaan kerajaan-kerajaan
Kolonialisasi Hindia Belanda
Nasionalisme dan Sosialisme Indonesia
Pembangunan ekonomi dan infrastruktur.
Demokratisasi dan Daya Saing Bangsa
Posisi dan Tujuan pendidikan non-negara(rakyat)
Kekuatan Oposisi dan alternatif dari penguasa(raja)
Melawan Kolonialisme menuju kemerdekaan Indonesia
Kedaulatan rakyat, sosialisme, nasionalisme
Melawan represi rezim dan pembangunan-isme
Melawan Pendidikan Modern, anti-neoliberal


Mengamati historis pendidikan Indonesia dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan tidak pernah terlepas dari upaya legitimasi atau bahkan melanggengkan sistem atau struktur sosial yang ada, baik itu pendidikan formal maupun nonformal.  Sebaliknya, bahwa pendidikan juga mampu melakukan proses perubahan sosial menuju kehidupan yang adil. Peran pendidikan dalam sistem dan struktur sosial dipengaruhi oleh paradigma yang mendasarinya. Ada berbagai macam aliran pendekatan pendidikan diantaranya :Pendekatan Koservatif, Liberal, dan Kritis.

Paradigma Koservatif, bahwa ketidaksederajatan masyarakat merupakan hukum keharusan alami atau ketentuan sejarah yang mustahil dihindari. Baginya tidak ada sesuatu yang harus diperjuangkan. Dengan paradigma seperti ini, rakyat dianggap tidak memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk mengubah kondisi mereka. 

Paradigma Liberal, penganut paradigma ini berkeyakinan bahwa memang ada masalah di masyarakat, namun bagi meraka, pendidikan tidak memiliki relevansi dengan persoalan politik dan ekonomi.  Jalan pemecahan masalah yang umum dilakukan adalah reformasi kosmetik--membangun kelas dan fasilitas baru, memodernkan peralatan sekolah,berinvestasi meningkatkan metodologi pengajaran dan pelatihan. Usaha tersebut terisolasi dari sistem dan struktur ketidakadilan. Pengaruh liberal terlihat dalam pendidikan yang mengutamakan prestasi melalui persaingan antarmurid. 

Paradigma kritis/radikal, penganut paradigma ini mengangap bahwa pendidikan adalah arena perjuangan politik. Tugas utama pendidikan adalah menciptakan ruang untuk menumbuhkan sikap kritis terhadap sistem dan struktur yang tidak adil. Visi pendidikan adalah melakukan kritik terhadap dominant system sebagai pemihakan terhadap rakyat kecil dan yang tertindas untuk menciptakan sistem sosial baru yang adil.

Dari ketiga pendekatan tadi, dapat dilihat bahwa historis pergerakan pendidikan Indonesia merupakan kesadaran kolektif terhadap ketidakadilan sistem dan struktur sosial. Hari ini apakah sekolah melahirkan manusia yang sadar, terahadap keadaan sekitar bahwa masih banyak anak-anak yang keadaanya yatim (baca:tidak mendapatkan hak pendidikan). Tidak ada manfaat praksis apa yang diajarkan sekolah bagi kehidupan nyata di luar sekolah. Sekolah mahal, karena yang sah mengajarkan manusia untuk menjadi manusia adalah sekolah (tempat yang lain tidak sah). Hanya mereka manusia yang bersekolah yang disertifikasi sebagai manusia. Beruntung saya sekolah, tapi saya masih bingung untuk menjawab pertanyaan apakah mereka yang ada dipasar bebas, yang mengurusi negara, yang duduk mewakili rakyat, pembuat undang-undang  adalah manusia ataukah emprit yang menyamar sebagai garuda, dajjal yang memakai pakaian agama, iblis yang menawarkan sorga atau apa???. Untuk itu jangan sampai engkau tidak sekolah, mari kita cari alamat sekolah manusia atau kita bangun sendiri sekolah itu dan biar Allah langsung yang mengajari kita.

Ilmu Kebal

Satu lagi ilmu yang kemungkinan memiliki kaitan terhadap jumlah ahli pendidikan yang dimiliki oleh Indonesia dengan masalah pendidikan yang mungkin akan terus menambah. Semestinya para ahli,sarjana, master, professor, mampu memberikan seberkas cahaya untuk menerangi gelapnya praktik pendidikan Indonesia. Apa yang terjadi?. Pernahkah kita mendengar bahwa Patih Gajah Mada memiliki kekuatan untuk menangkal serangan dari senjata seperti anak panah. Setiap anak panah yang dilontarkan oleh pihak musuh kepadanya, akan dihalau oleh kekuatan yang menghalanginya seperti baju besi yang tak terlihat. Masyarakat umum mengatakan hal ini merupakan ilmu kebal. Hari ini, kita diam-diam ingin menguasai ilmu kebal ini. Kalau Rakyat memang sudah menguasainya, kalau tidak percaya tanyakan kepada mereka yang tinggal atau bekerja di tempat pembuangan sampah. Awalnya mereka merasa tidak nyaman terhadap bau busuk sampah. Hari kedua, makan ditempat sampah adalah hal yang biasa. Minggu ketiga sistem pernapasannya sudah mengalami perubahan struktur untuk kebal terhadap bau apapun yang dihirupnya. Akhirnya jadilah mereka kebal terhadap polusi yang ditimbulkan oleh timbunan-timbunan sampah.

Ilmu kebal yang paling berbahaya untuk dikuasai 'manusia sekolah' adalah kebal terhadap masalah-masalah yang ada dilingkungannya. Calon Guru main judi, sudah kebal terhadap lingkungan sekitar yang tiap hari dilewati anak-anak pemulung yang menciptakan ubet perekonomian untuk bertahan hidup atau sekedar ingin punya uang jajan. Mahasiswa kebal, jika wilayah padepokannya (baca:universitas) dilalui oleh puluhan anak tanpa pendidikan. Bagi anda yang memiliki gelar mahasiswa harus segera melepas ajian ilmu kebal ini agar peka terhadap permasalahan yang terjadi pada masyarakat—yang semestinya mencarikan solusi untuk permasalahan tersebut. Tapi hari ini, sedikit namun banyak dari kalangan mahsiswa lebih memilih memendam kepalanya terhadap permasalahan yang terjadi dari pada berpikir sampai tingkat dewa untuk memberikan solusi.

Aquarium Kapitalisme, Zionisme, liberalisme, dan isme lainnya

Hidup kita hari ini sepenuhnya telah masuk didalam lingkaran yang semuanya diatur oleh supra sistem yang membuat kita bukan diri kita lagi. Gaya rambutmu, gayamu berpakaian, gayamu berbicara, semua bukan keputusanmu sendiri melainkan oleh kekuatan yang mendesakmu. Aquarium isme-isme (Kapitalisme, Zionisme, liberalisme, dst.) mengendalikan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan pendidikan. Tidak ada jalan lain kita harus berada diluar aquarium, sistem boleh rusak tapi diri kita tidak boleh dirusak oleh sistem. Pilihan lain yaitu kita membangun sistem diluar aquarium tersebut atau tetap bertahan dengan catatan kita membangun baitullah di dalam diri kita agar dajalisasi tidak merasuki diri kita, sebab hanya tanah makkah dan madinah yang tak bisa dimasuki oleh Dajjal.

Kalau saja prinsip jual beli di abad modern hari ini diorientasikan pada tauhid. Maka yakinlah, tidak akan ada ketimpangan pendidikan bagi kaum yang papah. Bagi yang beragama tentu sangat paham, untuk tidak menghardik anak yatim dan menelantarkan orang miskin. Kegiatan ekonomi yang diorientasikan untuk bertauhid akan melahirkan ekonomi yang barokah. Untuk itu kita mesti faham wilayah mana yang boleh dijual dan mana yang tidak boleh dinilai dengan angka-angka.

Daftar Bacaan:
Edi Subkhan, Ringkasan Matakuliah Sistem Pendidikan Nasional
Toto Rahardjo, dkk. Pendidikan Popular : Membangun Kesadaran Kritis