Alhamdulillah
Bismillah
Kehancuran abad modern adalah
kita tidak mampu membedakan mana yang harus diperjual-belikan. Peristiwa
jual-beli bisa dikatakan sebuah perniagaan. Rizki setiap orang hamba memang
telah diregulasi oleh Allah berdasarkan takaran-takaran matematika-Nya. Untuk
memperolehnya, manusia harus berupaya dengan segala kemampuannya, namun jika hal
tersebut tidak dilakukan, sama halnya dengan merendahkan ciptaan-Nya.
Keuntungan dan Kerugian adalah kau sendiri yang menentukan sesudah Allah. Manusia
berbeda dengan kadal, kadal tidak bia berpikir tapi manusia mampu melakukannya.
Jika manusia masih galau terhadap hari esok, kita bawa saja ia kepengadilan
para kadal-kadal.
Titik kulminasi peradaban
Kapitalis, memacu manusia untuk menjual segala hal tanpa
perhitungan-perhitungan terhadap lingkungan, kemanusiaan, kebudayaan, dan
pendidikan. Jika peristiwa manusia yang dikategorikan ibadah, dinilai dengan
angka-angka, masihkah peristiwa tersebut dikategorikan ibadah?. Peristiwa sang
dokter untuk menyuntik pasiennya yang merupakan bagian dari usaha pengobatan, hal
demikian merupakah ibadah yakni memberikan pertolongan. Namun, masihkah
peristiwa tersebut disebut ibadah jika setiap satu kali menyuntik dikenakan
tarif sekian puluh ribu. Bagaimana pula
jika peristiwa seorang guru yang menyampaikan ilmu kepada muridnya, kemudian
sang murid dimintakan ratusan ribu agar peristiwa belajar-mengajar dapat berlangsung. Jika setiap peristiwa manusia hanya disandarkan pada dunia
industrialisasi, kita tunggu saja peradaban manusia terkurung dipojok gudang
yang pengap, sehingga menjadi benda padat yang beku.
Kalau saya kembarai
pelosok-pelosok kampus. Hampir setiap hari bertemu anak-anak yang mengelola
potensi lingkungannya agar terjadi kegiatan ekonomi. Jujur saja, saya selalu
ingin bersembunyi ketika menyaksikan peristiwa yang semestinya tidak dibebankan
untuk usia mereka. Tapi saya ingat perkataan mbah, “jangan sekali-kali
melarikan diri dari kenyataan hidup. Meskipun itu pahit”. Keadaan hari ini hampir mirip dengan zaman
kolonial—orang-orang yang bisa menikmati pendidikan adalah mereka yang berasal
dari kalangan tertentu. Bukankah demikian, Sekolah men-jual dengan berbagai
teori marketing dan di beli oleh yang mampu membayar. Yang tidak membayar harus
siap menyimpan harapannya.
Historis Pendidikan di Indonesia
Secara historis pendidikan
Indonesia mengalami berbagi fase perkembangan sejarah. Dalam perjalanan waktu,
pendidikan Indonesia dimulai dari Pra-Kolonial, Masa Kolonial, Masa Soekarno,
Orde Baru, dan Reformasi. Fase-fase tersebut memiliki psosisi, tujuan, pergerakan politik yang berbeda-beda. Secara
garis besar kita dapat melihat fase perkembangan pendidika pada tabel dibawah
ini :
Masa
|
Pra-Kolonial
|
Kolonial
|
Soekarno
|
Orde Baru
|
Reformasi
|
Formal (Resmi oleh ‘negara’)
|
Pendidikan militer, Pembibitan penerus takhta kerajaan
|
HIS, MULO, HBS dll (Kolonial Hindia Belanda)
|
Sd, SMP, SMA, PT(Pemerintah Indonesia)
|
TK, Sd, SMP, SMA, PT (Pemerintah Indonesia)
|
Playgroup TK, SD, SMP, SMA, PT (Pemerintah Indonesia)
|
Non-Formal yang diatur negara
|
-
|
-
|
-
|
SKB, Kejar Paket A, B, dan C
|
SKB, Kejar Paket A, B, dan C
|
Formal non-Negara
|
-
|
Taman Siswa, Sekolah Rakyat Tan Malaka, dll.
|
Taman Siswa, INS Kayu Tanam
|
Sekolah swasta dibawah yayasan
|
Sekolah swasta dibawah yayasan
|
Non-Formal (non-negara
|
Padepokan, Pesanter, perguruan. Dll
|
Pesantren gerakan bawah tanah PKI dll
|
Pesantren, klub studi
|
Pesantren, kursus, klub studi
mahasiswa, LSM
|
Sekolah alternatif, homeschooling,
Pesantren, LSM
|
Arah politik Pendidikan negara (pendidikan formal)
|
Status Quo kekuasaan kerajaan-kerajaan
|
Kolonialisasi Hindia Belanda
|
Nasionalisme dan Sosialisme Indonesia
|
Pembangunan ekonomi dan infrastruktur.
|
Demokratisasi dan Daya Saing Bangsa
|
Posisi dan Tujuan pendidikan non-negara(rakyat)
|
Kekuatan Oposisi dan alternatif dari penguasa(raja)
|
Melawan Kolonialisme menuju kemerdekaan Indonesia
|
Kedaulatan rakyat, sosialisme, nasionalisme
|
Melawan represi rezim dan pembangunan-isme
|
Melawan Pendidikan Modern, anti-neoliberal
|
Mengamati historis pendidikan
Indonesia dapat dikatakan bahwa praktik pendidikan tidak pernah terlepas dari
upaya legitimasi atau bahkan melanggengkan sistem atau struktur sosial yang
ada, baik itu pendidikan formal maupun nonformal. Sebaliknya, bahwa pendidikan juga mampu
melakukan proses perubahan sosial menuju kehidupan yang adil. Peran pendidikan
dalam sistem dan struktur sosial dipengaruhi oleh paradigma yang mendasarinya.
Ada berbagai macam aliran pendekatan pendidikan diantaranya :Pendekatan
Koservatif, Liberal, dan Kritis.
Paradigma Koservatif, bahwa
ketidaksederajatan masyarakat merupakan hukum keharusan alami atau ketentuan
sejarah yang mustahil dihindari. Baginya tidak ada sesuatu yang harus
diperjuangkan. Dengan paradigma seperti ini, rakyat dianggap tidak memiliki
kekuatan atau kekuasaan untuk mengubah kondisi mereka.
Paradigma Liberal, penganut
paradigma ini berkeyakinan bahwa memang ada masalah di masyarakat, namun bagi
meraka, pendidikan tidak memiliki relevansi dengan persoalan politik dan
ekonomi. Jalan pemecahan masalah yang
umum dilakukan adalah reformasi kosmetik--membangun kelas dan fasilitas baru,
memodernkan peralatan sekolah,berinvestasi meningkatkan metodologi pengajaran
dan pelatihan. Usaha tersebut terisolasi dari sistem dan struktur
ketidakadilan. Pengaruh liberal terlihat dalam pendidikan yang mengutamakan
prestasi melalui persaingan antarmurid.
Paradigma kritis/radikal,
penganut paradigma ini mengangap bahwa pendidikan adalah arena perjuangan
politik. Tugas utama pendidikan adalah menciptakan ruang untuk menumbuhkan
sikap kritis terhadap sistem dan struktur yang tidak adil. Visi pendidikan
adalah melakukan kritik terhadap dominant
system sebagai pemihakan terhadap rakyat kecil dan yang tertindas untuk
menciptakan sistem sosial baru yang adil.
Dari ketiga pendekatan tadi,
dapat dilihat bahwa historis pergerakan pendidikan Indonesia merupakan
kesadaran kolektif terhadap ketidakadilan sistem dan struktur sosial. Hari ini apakah
sekolah melahirkan manusia yang sadar, terahadap keadaan sekitar bahwa masih
banyak anak-anak yang keadaanya yatim (baca:tidak mendapatkan hak pendidikan). Tidak
ada manfaat praksis apa yang diajarkan sekolah bagi kehidupan nyata di luar
sekolah. Sekolah mahal, karena yang sah mengajarkan manusia untuk menjadi
manusia adalah sekolah (tempat yang lain tidak sah). Hanya mereka manusia yang
bersekolah yang disertifikasi sebagai manusia. Beruntung saya sekolah, tapi saya
masih bingung untuk menjawab pertanyaan apakah mereka yang ada dipasar bebas,
yang mengurusi negara, yang duduk mewakili rakyat, pembuat undang-undang adalah
manusia ataukah emprit yang menyamar sebagai garuda, dajjal yang memakai
pakaian agama, iblis yang menawarkan sorga atau apa???. Untuk itu jangan sampai
engkau tidak sekolah, mari kita cari alamat sekolah manusia atau kita bangun
sendiri sekolah itu dan biar Allah langsung yang mengajari kita.
Ilmu Kebal
Satu lagi ilmu yang kemungkinan
memiliki kaitan terhadap jumlah ahli pendidikan yang dimiliki oleh Indonesia
dengan masalah pendidikan yang mungkin akan terus menambah. Semestinya para ahli,sarjana, master,
professor, mampu memberikan seberkas cahaya untuk menerangi gelapnya praktik
pendidikan Indonesia. Apa yang terjadi?. Pernahkah kita mendengar bahwa Patih
Gajah Mada memiliki kekuatan untuk menangkal serangan dari senjata seperti anak
panah. Setiap anak panah yang dilontarkan oleh pihak musuh kepadanya, akan
dihalau oleh kekuatan yang menghalanginya seperti baju besi yang tak terlihat.
Masyarakat umum mengatakan hal ini merupakan ilmu kebal. Hari ini, kita
diam-diam ingin menguasai ilmu kebal ini. Kalau Rakyat memang sudah menguasainya,
kalau tidak percaya tanyakan kepada mereka yang tinggal atau bekerja di tempat
pembuangan sampah. Awalnya mereka merasa tidak nyaman terhadap bau busuk
sampah. Hari kedua, makan ditempat sampah adalah hal yang biasa. Minggu ketiga
sistem pernapasannya sudah mengalami perubahan struktur untuk kebal terhadap
bau apapun yang dihirupnya. Akhirnya jadilah mereka kebal terhadap polusi yang
ditimbulkan oleh timbunan-timbunan sampah.
Ilmu kebal yang paling berbahaya
untuk dikuasai 'manusia sekolah' adalah kebal terhadap masalah-masalah yang ada
dilingkungannya. Calon Guru main judi, sudah kebal terhadap lingkungan sekitar
yang tiap hari dilewati anak-anak pemulung yang menciptakan ubet perekonomian
untuk bertahan hidup atau sekedar ingin punya uang jajan. Mahasiswa kebal, jika
wilayah padepokannya (baca:universitas) dilalui oleh puluhan anak tanpa
pendidikan. Bagi anda yang memiliki gelar mahasiswa harus segera melepas ajian
ilmu kebal ini agar peka terhadap permasalahan yang terjadi pada masyarakat—yang
semestinya mencarikan solusi untuk permasalahan tersebut. Tapi hari ini, sedikit namun
banyak dari kalangan mahsiswa lebih memilih memendam kepalanya terhadap
permasalahan yang terjadi dari pada berpikir sampai tingkat dewa untuk
memberikan solusi.
Aquarium Kapitalisme, Zionisme, liberalisme, dan isme lainnya
Hidup kita hari ini sepenuhnya
telah masuk didalam lingkaran yang semuanya diatur oleh supra sistem yang
membuat kita bukan diri kita lagi. Gaya rambutmu, gayamu berpakaian, gayamu
berbicara, semua bukan keputusanmu sendiri melainkan oleh kekuatan yang
mendesakmu. Aquarium isme-isme (Kapitalisme, Zionisme, liberalisme, dst.) mengendalikan ekonomi, politik, sosial, budaya,
dan pendidikan. Tidak ada jalan lain kita harus berada diluar aquarium, sistem
boleh rusak tapi diri kita tidak boleh dirusak oleh sistem. Pilihan lain yaitu kita membangun sistem diluar aquarium tersebut atau tetap bertahan dengan catatan kita membangun baitullah di dalam diri kita agar dajalisasi tidak merasuki diri kita, sebab hanya tanah makkah dan madinah yang tak bisa dimasuki oleh Dajjal.
Kalau saja prinsip jual beli di
abad modern hari ini diorientasikan pada tauhid. Maka yakinlah, tidak akan ada
ketimpangan pendidikan bagi kaum yang papah. Bagi yang beragama tentu sangat
paham, untuk tidak menghardik anak yatim
dan menelantarkan orang miskin. Kegiatan ekonomi yang diorientasikan untuk
bertauhid akan melahirkan ekonomi yang barokah. Untuk itu kita mesti faham
wilayah mana yang boleh dijual dan mana yang tidak boleh dinilai dengan
angka-angka.
Daftar Bacaan:
Edi Subkhan, Ringkasan Matakuliah Sistem Pendidikan Nasional
Toto Rahardjo, dkk. Pendidikan Popular : Membangun Kesadaran Kritis
Daftar Bacaan:
Edi Subkhan, Ringkasan Matakuliah Sistem Pendidikan Nasional
Toto Rahardjo, dkk. Pendidikan Popular : Membangun Kesadaran Kritis