Dec 15, 2013

Kamu Golput ya…?




Sejak SD saya sudah diberitahu, bahwa putih dalam filosofi warna  Sang saka bendera merah-putih memiliki arti kesucian. Merah artiny keberanian, Hijau artinya kesejahteraan, dan Hitam artinya kegelapan, kelegaman. Berarti Golput (golongan putih) adalah kecenderungan untuk suci dalam kebenaran, sejati dalam keindahan dan kesejatian, murni dalam kebaikan.

 Tiba-tiba hari ini saya dihadapkan oleh pengkhianatan makna “Jangan GOLPUT”. Entah didukuni oleh siapa sehingga Golput lahir dari kosmos filosofis yang keliru. Warna putih dipakai untuk mewakili tindakan yang dalam bernegara seperti pemilu disebut imoral, egoistik, tindakan yang membangkang. Dalam tataran filosofis dan epistemologi kita sudah berbuat munafik terhadap makna. Apakah ini juga mencerminkan perilaku kehidupan perpolitikan pada tataran yang konkret.

Semestinya pelaku-pelaku yang mendukuni canggihnya kemunafikan itulah yang tepat disebut GOLHIT. Dan memang hanya golhitlah yang tidak berkenan terhadap golput. Untung saya bukan golongan, apalagi golput. Saya akan perkenankan tiga pihak yang mengetahui apakah saya akan memilih atau tidak memilih menjadi golput, golhit, golhij, golpar,  atau golbungkus. Pertama, Allah yang memiliki penglihatan melebih kelembutan cahaya. Kedua malaikat yang ditugasi melakukan sensus. Ketiga, diri saya sendiri. Dan jika nanti ada yang mengintip dari golongan jin dan iblis saya sudah pasrahkan kepada malaikat yang menangani kasus semacam itu.