Nov 25, 2014

Perihal Menjadi Guru

Malam itu, simbah muncul mendadak. Biasanya memang agak sulit untuk menemuinya. Sebab beliau panggul cinta banyak orang dan berkeliling untuk menjadi semacam keranjang sampah. Baru satu langkah sedepa, beliau langsung menyerang saya dengan pertanyaan. "Kamu menjadi guru itu karena siapa?". Gelagapan saya untuk menjawabnya kok tiba-tiba ia menanyakan hal itu,"karena diri sendiri kyai?". Saya panggil ia kyai, karena memang demikian selama ini masyarakat kampung memanggilnya.

"Itulah masalahnya". tanpa pikir lama ia menanggapi jawaban saya. Kemudian melalui perumpamaan ia menuturkan, "Kalau kamu di minta pergi ke Yogya atas permintaan atasanmu untuk menyampaikan paket titipan. Maka juraganmu yang akan mengongkosi dan menyiapkan segala fasilitas untukmu. Kalau ada apa-apa di jalan dia pula yang akan bertanggung jawab. Lain hal kalau kamu kesana pergi sendiri, segalanya menjadi tanggungjawab dirimu sendiri"

"Jadi kalau kamu jadi guru karena dirimu sendiri. Ya kamu harus menanggung dirimu sendiri. Tetapi kalau kamu jadi guru karena Allah, maka Allah yang bertanggungjawab pada dirimu".

Sudah saya duga dari awal. Kalau bertemu dengan beliau, disetiap kalimatnya bukan untuk menggurui. Pastinya dia selalu memarahi dan memaki saya. Tapi memang itu yang saya cari untuk menguak rahasia-rahasianya. Kalau ada yang perlu disampaikan atau dingatkan, dimakinya, dibantahnya, ia tidak berbica dibelakang atau ngrasani, melainkan melakukannya langsung dihadapannya.

Masih saya resapi apa yang dituturkannya tadi. Sementara beliau pergi begitu saja, melangkah.

***

Ada gugusan bintang yang selalu menyuguhkan keindahan, yang menjadi bagian dari semesta malam. Namun, sebagai tanda kepatuhan dari amanat Sang Pencipta, ia harus berujung pada pagi, sebagai bentuk kesetiaan matahari pada-Nya, yakni menyampaikan cahaya ke seluruh ruang di muka bumi. Ada gunung yang selalu setia berdiri tegar menjadi pasak bagi bumi dan sesekali ia harus tumpahkan material vulkanikuntuk menyemai kesuburan tanah. Semuanya adalah menyampaikan pesan kehendak-Nya. Melalui pesan-pesan yang sarat makna itu, ada yang hendak disampaikan: "manusia bisa bangun gedung-gedung tinggi yang menjulang, menyematkan barang-barang mewah pada dirinya sendiri, menjadi apapun saja dari guru sampai menteri, namun apakah ia sanggup menyampaikan titipan amanat-Nya dalam keadaan terjaga dan sesuai kehendak-Nya.

Untuk Guru yang tanpa sekolahan
Selamat Hari Guru

"Salaamun qaulan min robbir rohiimin"