Malam itu, simbah muncul
mendadak. Biasanya memang agak sulit untuk menemuinya. Sebab beliau panggul
cinta banyak orang dan berkeliling untuk menjadi semacam keranjang sampah. Baru
satu langkah sedepa, beliau langsung menyerang saya dengan pertanyaan. "Kamu
menjadi guru itu karena siapa?". Gelagapan saya untuk menjawabnya kok
tiba-tiba ia menanyakan hal itu,"karena diri sendiri kyai?". Saya
panggil ia kyai, karena memang demikian selama ini masyarakat kampung
memanggilnya.
"Itulah masalahnya".
tanpa pikir lama ia menanggapi jawaban saya. Kemudian melalui perumpamaan ia
menuturkan, "Kalau kamu di minta pergi ke Yogya atas permintaan atasanmu
untuk menyampaikan paket titipan. Maka juraganmu yang akan mengongkosi dan
menyiapkan segala fasilitas untukmu. Kalau ada apa-apa di jalan dia pula yang
akan bertanggung jawab. Lain hal kalau kamu kesana pergi sendiri, segalanya
menjadi tanggungjawab dirimu sendiri"
"Jadi kalau kamu jadi guru
karena dirimu sendiri. Ya kamu harus menanggung dirimu sendiri. Tetapi kalau
kamu jadi guru karena Allah, maka Allah yang bertanggungjawab pada
dirimu".
Sudah saya duga dari awal. Kalau
bertemu dengan beliau, disetiap kalimatnya bukan untuk menggurui. Pastinya dia
selalu memarahi dan memaki saya. Tapi memang itu yang saya cari untuk menguak
rahasia-rahasianya. Kalau ada yang perlu disampaikan atau dingatkan, dimakinya,
dibantahnya, ia tidak berbica dibelakang atau ngrasani, melainkan melakukannya
langsung dihadapannya.
Masih saya resapi apa yang
dituturkannya tadi. Sementara beliau pergi begitu saja, melangkah.
***
Ada
gugusan bintang yang selalu menyuguhkan keindahan, yang menjadi bagian dari
semesta malam. Namun, sebagai tanda kepatuhan dari amanat Sang Pencipta, ia
harus berujung pada pagi, sebagai bentuk kesetiaan matahari pada-Nya, yakni
menyampaikan cahaya ke seluruh ruang di muka bumi. Ada gunung yang selalu setia
berdiri tegar menjadi pasak bagi bumi dan sesekali ia harus tumpahkan material
vulkanikuntuk menyemai kesuburan tanah. Semuanya adalah menyampaikan pesan kehendak-Nya.
Melalui pesan-pesan yang sarat makna itu, ada yang hendak disampaikan: "manusia
bisa bangun gedung-gedung tinggi yang menjulang, menyematkan barang-barang
mewah pada dirinya sendiri, menjadi apapun saja dari guru sampai menteri, namun apakah ia sanggup menyampaikan titipan amanat-Nya dalam keadaan terjaga dan
sesuai kehendak-Nya.
Untuk Guru yang tanpa sekolahan
Selamat Hari Guru
"Salaamun
qaulan min robbir rohiimin"