Feb 14, 2015

Hari Ini Bukan Hari Pembantaian

Bismillah-irrahman-irrahim
“ Innâ fatahnâ laka fat-han mubînâ (sesungguhnya Kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata)” (48:1)
Ayat diawal tulisan ini dibaca oleh Rasulullah pada peristiwa Fathu Makkah, sambil membaca surah al-Fath Rasulullah memasuki kota makkah dengan menundukan kepalanya. Peristiwa pembebasan kota makkah disebabkan ketika perjanjian Hudaibiyah dikhianati oleh kaum makkah atas permintaan Banu Bakr untuk membereskan perselisihan dengan suku Khuza’a yang bergabung kepada kaum Makkah. Padahal dalam perjanjian hudaibiyah disepakati selama sepuluh tahun kedua pihak (kaum muslimin dan kaum kufar) tidak akan berperang yang satu terhadap yang lain, kecuali jika satu pihak melanggar perjanjian dengan menyerang yang lain.

Atas pengkhianatan perjanjian hudaibiyah, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk menyiapkan senjata dan perlengkapan perang. Rasulullah mengajak semua sahabat untuk menyerang Makkah. Sepuluh ribu sahabat bergerak  menuju makkah dan siap untuk perang. Setelah sampai disebuah tempat bernama Marra Dhahraan yang dekat dengan makkah, Rasulullah memerintahkan pasukan untuk membuat api-api unggun. Dan umar radhiyallahu ‘anhu ditunjuk sebagai penjaga. Tampak kesan gemuruh api dalam kesunyian dan kegelapan malam itu terasa dahsyat dan mengerikan.

Pada tanggal 17 Ramadhan 8 H Rasulullah memasuki kota makkah. Setiap kabilah membawa bendera, Sa’ad bin Ubadah yang membawa bendera anshar berkata “hari ini adalah hari pembantaian. Hari dihalalkannya tanah al haram”

Kita semua pasti pernah mendengar kisah bagaimana kezamnya kaum kufar terhadap Rasulullah dan para sahabat ketika di mekah sebelum hijrah ke madinah. Orang-orang muslim pernah dinistakan dan dipukuli di lorong-lorong makkah dan harta mereka dirampas serta diusir dari rumah mereka. Bilal salah satu diantara para sahabat yang pernah menjadi bulanan-bulanan kaum kufar, diseret di sepanjang jalan dengan tali yang diikatkan pada kakinya. Saat itu makkah tidak memberi keamanan kepada Bilal, melainkan hanya derita dan kehinaan. Tentu ini bisa menjadi alasan untuk melakukan apa yang telah diucapkan oleh Sa’ad bin Ubadah “hari ini adalah hari pembantaian”

Abu Sufyan yang mendengar pernyataan Sa’ad, segera menghadap Rasulullah dan menyampaikan perkataan Sa’ad. Rasulullah menjawab “Apa yang dikatakan oleh Sa’ad salah sekali. Hari ini bukan hari pembantaian. Hari ini adalah hari pengampunan. Kaum Quraisy dan Ka’bah akan dimuliakan oleh Allah”

"Inna hadzal yaum laisa yaumul malhamah, walakinna hadzal yaum yaumul marhamah, wa antumuth-thulaqa. Sesungguhnya hari ini bukanlah hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang,        Dan kalian adalah orang-orang yang memperoleh kebebasan” Demikian subtansi khutbah Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam pada peristiwa fathul makkah.

Peristiwa fathul makkah tidak bisa dibandingkan dengan peristiwa kasih sayang apapun. Kebengisan dan kekejaman yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang memusuhi Islam kala itu, justru diperlakukan diluar patrap-patrap peristiwa sejarah manusia, yang terjadi adalah kearifan sosial, kerelaan kemanusiaan dan keindahan. Para tawanan perang dimaafkan dan dimerdekakan, bahkan diberi sangu harta yang jumlahnya lumayan besar. Rasulullah menggagas keberanian militer dan permaafan politik yang radikal di ujung peristiwa peperangan besar yang ketika itu dua ribu pasukan berpakaian besi sangat siap melawan pasukan siapapun yang berkuasa di dunia ini.  

Wa qul ja'al haqqu wa zahaqol baathilu, innal baathila kaana zahuuqaa.”(17:81)