Kalau lagi kepepet atau mungkin
karena senang, kita pasti pernah makan mie rebus. Ada banyak aneka rasa mie
rebus. Mie rasa soto ayam , mie rasa ayam bawang, mie rasa gulai, ada banyak
varian rasa yang dijual. Tapi sadarkah kita, bahwa yang kita makan adalah rasa.
Apakah rasa sama dengan aslinya?. Dengan menikmati mie rebus rasa ayam bawang,
kita bisa menikmati mie rasa ayam bawang, tanpa tahu sejatinya ayam. Pada
kemasan terlihat sajian mie dengan telur, ayam goreng, tomat, dan sayuran. Tapi
ternyata setelah dibuka, hanya ada mie dan bumbu yang memberikan rasa. Kita
hanya mengenal rasa, bukan aslinya.
Mengenai mie rebus yang hanya
rasa itu, ternyata terbawa juga di dalam praktik kehidupan negara kita. Trend
batu akik sedang digemari oleh masyarakat. Biasanya untuk melihat jenis dan
kualitas batu diperlukan alat bantu dan parameter-parameternya. Sehingga kita
dapat menyimpulkan jenis dan kualitas batu itu. Hal ini baru pada tatanan batu.
Bagaimana dengan mengenal kualitas manusia atau pemimpin?. Di dalam pendidikan
kita pasti diajarkan, mana manusia yang memiliki kualitas mutiara dan batu,
bermutu dan yang tidak. Kita diajarkan sifat dan perilaku jujur, amanah, dan dapat
dipercaya. Setidaknya sifat dan perilaku itulah yang mesti ada di dalam manusia
atau seorang pemimpin. Tapi hari ini kondisi bangsa kita, tidak mengerti mana
batu dan mutiara, alat yang digunakan untuk memperkenalkan seseorang sudah
tidak lagi memiliki kemurnian untuk membumikan berita langit. Penuh rekayasa
dan tipu daya. Akhirnya ada mutiara yang dibuang, sebab sudah sangat blawur beda antara batu dan mutiara. Dan
kemudian ada batu yang diemas-emaskan dengan pencitraan melalui berbagai macam
media massa. Hanya karena batu tersebut diberi warna kuning, maka semuanya
percaya kalau itu adalah emas, sebagaimana kita menikmati mie rasa ayam bawang.
Berbahanya, demokrasi memberikan peluang dimana satu kilogram emas dan satu
kilogram batu sama-sama bisa dipilih.
Ya akhirnya, jeruk hanya dipakai untuk
mencuci piring dan tangan. Sementara yang diminum adalah rasanya jeruk, tanpa
mengenal sejatinya jeruk.