Pemakaian
plastik untuk menunjang aktivitas manusia hampir tidak bisa dihindari.
Penggunaanya praktis dan instan. Saya pun juga masih menyisakan sampah-sampah
plastik. Bahkan kebijakan mengenai lingkungan, politik, budaya, ekonomi, dan
pendidikan juga menerapkan logika plastik. Tapi biasanya yang instan dan tidak
alamiah akan melahirkan kerusakan-kerusakan selanjutnya.
Pembuatan plastik bisa diproduksi dengan waktu singkat, tapi coba saksikan kapan sampah-sampah plastik itu bisa terurai menjadi bentuk alamiahnya. Kalau daun-daun yang jatuh dan berserakan, barangkali anda punya kesempatan untuk mengamati peristiwa perubahannya menjadi material organik yang menyuburkan tanah. Alam tumbuh dan bergerak secara alamiah, jadi agak sulit kalau bumi harus menyesuaikan diri terhadap hal-hal yang tidak alami. Manusia saja akan protes kalau makan beras plastik, sebab tidak kompatibel dengan proses metabolism tubuhnya.
Hari ini banyak diserukan kembali penggunaan material-matetial organik baik oleh individu, komunitas, maupun kelompok masyarakat. Kita baru sadar jika ada yang hilang dan rusak. Padahalal Al-Quran sudah memberikan petunjuk kepada manusia mengenai penggunaan bahan-bahan material organik dari alam untuk menunjang kehidupan manusia, sekaligus memberi warning mengenai kerusakan-kerusakan yang dilakukan manusia.
Kita bisa saksikan di alam, peristiwa lebah yang membangun rumahnya dengan mengikuti petunjuk wahyu dari Allah (QS 16 :68). Rumah lebah dibangun berdasarkan material-material yang ada di alam disekitarnya. Sementara manusia hari ini, lebih cenderung membuat kekumuhan dan kekacauan ketika mendirikan bangunan. Barangkali jika kita sebagai manusia mau memikirkan dan mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut, tidak perlu kita repot-repot mengirim semen ke Papua atau daerah luar Jawa untuk pembangunan rumah.
Ada
banyak pelajaran dari masa lalu yang sesungguhnya adalah tawaran solusi atas
kerusakan-kerusakan yang terlanjur dilakukan oleh manusia. Hanya saja cara
hidup kita sudah bergeser untuk memilih cara praktis, instan, dan tidak
alamiah. Biayanya pun tidak murah, dalam arti dampak-dampak setelahnya yang
merusak lingkungan membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk memperbaikinya.
Mengenai sampah plastik yang saya jelaskan diawal. Terutama penggunaan botol plastik sebagai wadah air minum, yang kemudian menjadi permasalahan bagi lingkungan, dimana ketika menggunakan gelas plastik untuk minum, biasanya gelas plastic itu berujung menjadi sampah yang berserakan. Sampah-sampah itu tidak hanya mengotori daratan. Sekitar 86% sampah-sampah yang ada di lautan adalah sampah plastik.
Mengenai sampah plastik yang saya jelaskan diawal. Terutama penggunaan botol plastik sebagai wadah air minum, yang kemudian menjadi permasalahan bagi lingkungan, dimana ketika menggunakan gelas plastik untuk minum, biasanya gelas plastic itu berujung menjadi sampah yang berserakan. Sampah-sampah itu tidak hanya mengotori daratan. Sekitar 86% sampah-sampah yang ada di lautan adalah sampah plastik.
Ada
tawaran solusi mengenai masalah ini dari kehidupan Rasulullah. Rasulullah
menggunakan tempat air minum yang terbuat dari kulit binatang, yang disebut
Qirbah. “Bila engkau memiliki air
di dalam wadah air dari kulit yang tersisa dari semalam – berikan kepada kami
untuk minum; bila tidak biarlah kami minum dari aliran airnya langsung.”
(Sahih Bukhari)
Hadist
tersebut adalah pertanyaan yang disampaikan Rasulullah ketika mengunjungi rumah
petani yang menggunakan air untuk menyiram tanaman. Berdasarkan hadist
tersebut, Rasulullah lebih memilih meminum air langsung dari air yang dipakai
untuk menyiram tanaman, apabila tidak ada air yang disimpan satu malam di
Qirbah.
Jika
teknologi yang sudah diterapkan pada zaman Rasulullah ini dapat dilanjutkan, tentunya
kita bisa mengurangi penggunaan plastik sebagai wadah air minum. Bahan-bahan
pembuatannya pun dapat diperbarui sebab terbuat dari kulit sapi yang telah
disamak. Apakah ramah lingkungan? Kulit adalah material organik, tentu alam
bisa memproses material organik ini. Qirbah bukan sekedar tempat minum, melainkan
suatu sistem pengelolaan air minum yang memiliki dampak luas. Mengenai dampak
kesehatan dalam penggunaan Qirbah, kita bisa tinjau lebih lanjut hikmah dari
peristiwa hadist diatas, dimana Rasulullah memilih air yang sudah disimpan
selama satu malam di dalam Qirbah atau meminum langsung dari sumber air.
Qirbah Siap Digunakan |
Mengenai
teknologi Qirbah, di Indonesia sudah ada yang memulai untuk meneruskan dan
memproduksi teknologi untuk penyimpanan air dari kulit. Selain sebagai solusi
untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaaan plastik, penggunaan Qirbah
juga merupakan upaya untuk menghidupkan sunnah Nabi.
Di
abad 21 ini barangkali akan terasa asing menggunakan tempat air minum dari
kulit (Qirbah), tapi justru keterasingan itu adalah sebuah sikap yang
memungkinkan kita untuk hidup lebih jernih dan lebih sejati untuk memanfaatkan
sesuatu.