Sep 27, 2015

Qirbah : Solusi Dari Masa Lalu untuk Mengurangi Sampah Plastik

Pemakaian plastik untuk menunjang aktivitas manusia hampir tidak bisa dihindari. Penggunaanya praktis dan instan. Saya pun juga masih menyisakan sampah-sampah plastik. Bahkan kebijakan mengenai lingkungan, politik, budaya, ekonomi, dan pendidikan juga menerapkan logika plastik. Tapi biasanya yang instan dan tidak alamiah akan melahirkan kerusakan-kerusakan selanjutnya.

Pembuatan plastik bisa diproduksi dengan waktu singkat, tapi coba saksikan kapan sampah-sampah plastik itu bisa terurai menjadi bentuk alamiahnya. Kalau daun-daun yang jatuh dan berserakan, barangkali anda punya kesempatan untuk mengamati peristiwa perubahannya menjadi material organik yang menyuburkan tanah. Alam tumbuh dan bergerak secara alamiah, jadi agak sulit kalau bumi harus menyesuaikan diri terhadap hal-hal yang tidak alami. Manusia saja akan protes kalau makan beras plastik, sebab tidak kompatibel dengan proses metabolism tubuhnya.

Hari ini banyak diserukan kembali penggunaan material-matetial organik baik oleh individu, komunitas, maupun kelompok masyarakat. Kita baru sadar jika ada yang hilang dan rusak. Padahalal Al-Quran sudah memberikan petunjuk kepada manusia mengenai penggunaan bahan-bahan material organik dari alam untuk menunjang kehidupan manusia, sekaligus memberi warning mengenai kerusakan-kerusakan yang dilakukan manusia.

Kita bisa saksikan di alam, peristiwa lebah yang membangun rumahnya dengan mengikuti petunjuk wahyu dari Allah (QS 16 :68). Rumah lebah dibangun berdasarkan material-material yang ada di alam disekitarnya. Sementara manusia hari ini, lebih cenderung membuat kekumuhan dan kekacauan ketika mendirikan bangunan. Barangkali jika kita sebagai manusia mau memikirkan dan mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut, tidak perlu kita repot-repot mengirim semen ke Papua atau daerah luar Jawa untuk pembangunan rumah.

Ada banyak pelajaran dari masa lalu yang sesungguhnya adalah tawaran solusi atas kerusakan-kerusakan yang terlanjur dilakukan oleh manusia. Hanya saja cara hidup kita sudah bergeser untuk memilih cara praktis, instan, dan tidak alamiah. Biayanya pun tidak murah, dalam arti dampak-dampak setelahnya yang merusak lingkungan membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk memperbaikinya.

Mengenai sampah plastik yang saya jelaskan diawal. Terutama penggunaan botol plastik sebagai wadah air minum, yang kemudian menjadi permasalahan bagi lingkungan, dimana ketika menggunakan gelas plastik untuk minum, biasanya gelas plastic itu berujung menjadi sampah yang berserakan. Sampah-sampah itu tidak hanya mengotori daratan. Sekitar 86% sampah-sampah yang ada di lautan adalah sampah plastik.

Ada tawaran solusi mengenai masalah ini dari kehidupan Rasulullah. Rasulullah menggunakan tempat air minum yang terbuat dari kulit binatang, yang disebut Qirbah. “Bila engkau memiliki air di dalam wadah air dari kulit yang tersisa dari semalam – berikan kepada kami untuk minum; bila tidak biarlah kami minum dari aliran airnya langsung.” (Sahih Bukhari)

Hadist tersebut adalah pertanyaan yang disampaikan Rasulullah ketika mengunjungi rumah petani yang menggunakan air untuk menyiram tanaman. Berdasarkan hadist tersebut, Rasulullah lebih memilih meminum air langsung dari air yang dipakai untuk menyiram tanaman, apabila tidak ada air yang disimpan satu malam di Qirbah. 

Jika teknologi yang sudah diterapkan pada zaman Rasulullah ini dapat dilanjutkan, tentunya kita bisa mengurangi penggunaan plastik sebagai wadah air minum. Bahan-bahan pembuatannya pun dapat diperbarui sebab terbuat dari kulit sapi yang telah disamak. Apakah ramah lingkungan? Kulit adalah material organik, tentu alam bisa memproses material organik ini. Qirbah bukan sekedar tempat minum, melainkan suatu sistem pengelolaan air minum yang memiliki dampak luas. Mengenai dampak kesehatan dalam penggunaan Qirbah, kita bisa tinjau lebih lanjut hikmah dari peristiwa hadist diatas, dimana Rasulullah memilih air yang sudah disimpan selama satu malam di dalam Qirbah atau meminum langsung dari sumber air.
Qirbah Siap Digunakan

Mengenai teknologi Qirbah, di Indonesia sudah ada yang memulai untuk meneruskan dan memproduksi teknologi untuk penyimpanan air dari kulit. Selain sebagai solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap penggunaaan plastik, penggunaan Qirbah juga merupakan upaya untuk menghidupkan sunnah Nabi. 

  Di abad 21 ini barangkali akan terasa asing menggunakan tempat air minum dari kulit (Qirbah), tapi justru keterasingan itu adalah sebuah sikap yang memungkinkan kita untuk hidup lebih jernih dan lebih sejati untuk memanfaatkan sesuatu.