Nov 6, 2015

Mengumpulkan Kembali Ranting-Ranting

Robbana maa kholaqta haadza bathila. Subhanaka faqinaa ‘adzabannar"
"Ya Allah tidaklah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Q.S. 3:191)

Ini ayat tentang penelitian. Untuk menyatakannya tidak mungkin tanpa melalui jalan mencari dan menemukan. Maka sesunguhnya penelitian itu mestinya menyelamatkan, sebab peristiwanya adalah menemukan manfaat dari ciptaan Yang Maha Suci. Selama ini kita menyelenggarakan penelitian dengan akhir perjalanan berupa laporan kepada lembaga atau pihak-pihak yang menyelenggarakannya dan tidak pernah membuat laporan kepada yang punya dan menciptakannya. Padahal tanah, udara, cahaya, teh, daun-daun, semua sahamnya milik Allah. Semestinya, kita beri salam juga kepada semuanya.
Assalamu’alaykum udara
Assalamu’alaykum daun-daun
Assalamu’alaykum cahaya
Assalamu’alaykum pohon-pohon
Pada dunia ilmiah, terdapat dua metodologi penelitian yang populer yaitu kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif menggunakan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta lapangan dan dimulai dengan definisi dan konsep yang umum, mencari pola-pola antarhubungan dan antarkonsep yang sebelumnya telah ditentukan. Sementara, metode kuantitatif merupakan penelitian yang menghindari hal-hal yang bersifat subjektif, sehingga proses penelitiannya mengikuti prosedur yang telah direncanakan. Kedua metodologi tersebut merupakan tawaran manusia yang semangatnya adalah melakukan pencarian sampai pada tingkat fenomena atau gejala alam dan sosial.

Dalam proses pencernaan makanan. Awalnya makanan masuk melalui mulut dan akhir dari prosesnya adalah keluar dari tubuh melalui fungsi organ tertentu. Begitulah tujuan akhir dari makanan yang masuk dari mulut. Jadi, apa sesungguhnya tujuan akhir dari urusan yang kita selenggarakan mengenai penelitian, mencari, atau proses penemuan? Kenapa tak kunjung selesai permasalahan di negeri ini?

Penelitian sejalan dengan perintah memperhatikan ciptaanNya di langit dan di bumi. Tujuan akhirnya adalah supaya manusia selamat dalam perjalanan kembali (ilaihi raji’un). Maka, ilmu semestinya melandasi amal atau amal dilandasi dengan ilmu. Jika demikian cara kita memperlakukan hutan, memperlakukan alam , memperlakuan bumi, memperlakukan matahari. InsyaAllah peristiwa terbakarnya hutan yang menimbulkan polusi udara tidak akan terjadi.

Kembali Mengumpulkan Ranting-Ranting
Ranting-ranting, dedaunan, lahan gambut merupakan sumber energi yang dibutuhkan manusia. Keberadaannya hampir disetiap tempat mudah diperoleh. Dahulu, kakek atau nenek kita yang tinggal di desa mencari ranting-ranting – dikumpulkan untuk kemudian menjadi bahan bakar memasak. Sederhana. Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam tanpa harus merusak, sebab yang dipakai adalah yang digugurkan oleh pepohonan. Hari ini betapa repotnya kita, menyimpan bahan bakar gas di dalam tabung bermaterial logam dengan berat tabung yang lebih berat dari energi yang dikandungnya. Setiap kita membeli gas 3 kg, berat tabungnya adalah 8 kg dan berat tabung dalam keaadaan kosong adalah 5 kg.

Source: IPCC, 2011: IPCC Special Report on Renewable Energy Sources and Climate Change Mitigation.

Berdasarkan laporan khusus IPCC, 2011 : IPCC Special Report on Renewable Energy Sources and Climate Change Mitigation. Bahwa pembangkit energi listrik yang menggunakan sumber energi Gas alam menghasilkan 0,6 – 2 pound CO2e/kWh, Batu bara menghasilkan 1,4 – 3,6 pound Co2e/kWh, Energi angin menghasilkan 0,01 – 0,04 pound CO2e/kWh, Sel Surya menghasilkan 0,07 – 0,2 pound CO2e/kWh, Geotermal menghasilkan 0,1 – 0,2, dan hidro antara o,1 – 0,5. Sedangkan pembangkit energi listrik dari bahan bakar biomassa menghasilkan emisi karbon lebih rendah dari gas alam maupun batubara. Artinya Biomassa adalah sumber energi yang ramah lingkungan dibandingkan dengan sumber  energi lain yang selama kita gunakan.
yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu." (QS. 36:80)
Sumber energi biomassa yang selama ini melimpah di sekitar kita, ternyata tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal. Kebakaran (dibakarnya) hutan-hutan di Sumatera, Kalimantan, dan diberbagai tempat lainya adalah tanda bahwa kita telah menyia-nyiakan sumber energi yang melimpah. Sumber energi biomassa itu terbakar dengan sia-sia dan menimbulkan bencana bagi alam dan juga manusia itu sendiri.  

Dihari berikutnya penting bagi negeri ini untuk melakukan tindakan yang tepat agar tidak terjadi lagi peristiwa kebaaran hutan yang berulang. Mengolah lahan gambut, daun-daun kering, ranting-ranting menjadi energi biomassa adalah solusi yang sangat mungkin dilakukan. Rakyat bisa menggunakan energi yang murah dan mudah didapat di lingkungan sekitarnya, sekaligus mengurangi sampah organik yang selama ini diabaikan potensinya.

Dari yang sudah memproduksinya, biomassa yang dikemas dalam bentuk wood pellet bisa dijual dengan harga Rp. 2000/kg kepada konsumen tingkat akhir dengan kadar kalori sekitar 4.500 kcal/kg. Sedangkan penggunaan gas LPG dengan harga 12.000/kg memiliki tingkat kalori sekitar 11.700 kcal/kg. Artinya, penggunaan biomassa sebagai bahan bakar lebih murah dari pada gas LPG yaitu biaya gas LPG adalah Rp. 1.00/kcal dan biomassa Rp.0.44/kcal.

Semestinya sudah tiba waktunya, kita kembali dan mencontoh kehidupan orang-orang tua sepuh kita yakni mengumpulkan ranting-ranting yang jatuh dari pohonnya untuk dijadikan sumber energi biomassa. Memanfaatkan sesuatu yang sudah tersedia di lingkungan sekitar untuk menyatakan “Ya Allah tidaklah Engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia”.