Dec 29, 2015

Daur Hidup untuk Masa Depan Tanpa Sampah


Masih tentang daun yang kemarin dipakai sebagai pembungkus lontong isi. Perjalanan akhir dari daun pembungkus itu berakhir di tempat sampah. Materialnya yang berasal dari tumbuhan, maka daun tadi adalah jenis sampah organik – akan membusuk dan terurai secara alami. Untuk jenis sampah organik, banyak yang telah mengagas untuk mengolahnya dengan komposter. Melalui alat komposter, sampah-sampah organik akan masuk ke daur hidup selanjutnya, yaitu menjadi pupuk kompos. 

Hal biasa yang kita lakukan adalah jika sehabis melakuan aktivitas konsumsi, kita cari tempat yang difungsikan untuk menampung residu dari kegiatan konsumsi tersebut. Barangkali itu wajar dan normal. Tapi wajar dan normalkah, kalau ternyata terus dan selalu berulang apabila sampah-sampah itu kemudian ditumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA)?

Diceritakan dalam pementasan wayang sasak. Adalah Gumi Paer, bumi yang menjadi perbincangan banyak orang. Penghuninya merasa jenuh, sebab Gumi Paer hari ini kondisinya rusak. Hutan rusak, sungai, dan udara tercemar. Kemudian tersiar kabar dari para ilmuwan mengenai penemuan planet yang menyerupai bumi, yang dinamakan Bumi Baru.  Wacana berkembang, penduduk Gumi Paer berkeinginan untuk pindah ke Bumi Baru. Akhirnya semua orang bergegas meninggalkan Gumi Paer menuju Bumi Baru. Hanya Amaq Asih dan anaknya, yang tetap tinggal di Gumi Paer. 

Bumi Baru pun kemudian diisi oleh aktivitas yang biasa dilakukan orang-orang ketika tinggal di Gumi Paer. Hutan ditebang, rumah dibangun, gedung-gedung didirikan, membuka jalan. Membakar hutan untuk membuka lahan juga terjadi di Bumi Baru. Sesaat menikmati keindahan alam Bumi Baru, kemudian tak berlangsung lama Bumi Baru yang asri sekejap mengalami kekeringan, sampah memenuhi sungai, lahan hijau berubah coklat kering kerontang. 

Sementara Amaq Asih dan anaknya yang tetap tinggal di Gumi Paer mulai menanami kembali hutan-hutan dan lahan kering. Sampah-sampah yang mengotori sungai dibersihkan. Perlahan, Gumi Paer kembali hijau, muncul mata air, dan air sungai kembali jernih. 

Singkat cerita. Diakhir lakon. Orang-orang yang menempati Bumi Baru kembali resah. Pada puncaknya mereka menemukan kembali Bumi Baru yang lain. Mereka kembali meninggalakan Bumi Baru menuju Bumi Baru yang lain. Setelah menjejakkan kaki di Bumi Baru yang lain, betapa terkejutnya orang-orang, ternyata Bumi Baru yang lain itu adalah Gumi Paer yang dulu mereka tinggalkan.

Dalam kisah “Gumi Paer bukan Bumi Baru” yang dipentaskan pada wayang sasak ada satu kata yang tergambar yaitu “kembali”. Kalau ada yang diambil dari bumi ini, maka mesti ada yang dikembalikan. Kebutuhan manusia terbatas, tapi keinginan manusia bisa tanpa batas. Dan bumi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tapi tak akan cukup untuk memenuhi keinginan segelintir manusia. Lantas apa maksud kita menumpuk sampah di tempat pembuangan akhir? Apakah kehidupan hanya tetang produksi dan konsumsi? Padahal dalam pelajaran tingkat dasar kita belajar mengenai tingkatan trofik dalam ekosistem, kita gambar proses daur hidup. Ternyata mengenai banyak persoalan kerusakan lingkungan, adalah fakta bahwa kita belum lulus pelajaran tingkat dasar. 

Pada persoalan sampah urusannya bukan lagi pada kotor dan bersih, tapi ada tahapan yang tidak pernah kita sentuh dalam kehidupan yaitu daur hidup. Ada anjuran : ”Buanglah sampah pada tempatnya”. Tampanya peristiwa itu mesti kita tinjau kembali, kalau ternyata pada akhirnya sampah-sampah itu juga mengotori bagian bumi lain yang dijadikan tempat pembuangan akhir. 

Perjalanan produk yang kita konsumsi, yang kemudian menghasilkan residu tak lantas kemudian menjadi sampah – bisa diteruskan menuju proses selanjutnya yaitu daur hidup atau daur ulang. Sampah organik menjadi kompos. Sampah non-organik menuju proses daur ulang. Daur hidup adalah sunatullah. Sebagaimana kematian dan kelahiran. Ilaihi raji'un. Daur adalah kata serapan dari bahasa arab yaitu daurah, yang bermakna melingkar, siklus, atau tahapan. Maka strategi utama dalam merancang masa depan tanpa sampah adalah daur hidup. Merencanakan atau merancang sebuah kegiatan konsumsi yang tidak terputus pada hasil residu tapi diteruskan menuju proses daur hidup atau daur ulang.