Masih tentang daun yang kemarin dipakai sebagai pembungkus
lontong isi. Perjalanan akhir dari daun pembungkus itu berakhir di tempat
sampah. Materialnya yang berasal dari tumbuhan, maka daun tadi adalah jenis
sampah organik – akan membusuk dan terurai secara alami. Untuk jenis sampah
organik, banyak yang telah mengagas untuk mengolahnya dengan komposter. Melalui
alat komposter, sampah-sampah organik akan masuk ke daur hidup selanjutnya,
yaitu menjadi pupuk kompos.
Hal biasa yang kita lakukan adalah jika sehabis melakuan
aktivitas konsumsi, kita cari tempat yang difungsikan untuk menampung residu
dari kegiatan konsumsi tersebut. Barangkali itu wajar dan normal. Tapi wajar
dan normalkah, kalau ternyata terus dan selalu berulang apabila sampah-sampah
itu kemudian ditumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA)?
Diceritakan dalam pementasan wayang sasak. Adalah Gumi Paer,
bumi yang menjadi perbincangan banyak orang. Penghuninya merasa jenuh, sebab
Gumi Paer hari ini kondisinya rusak. Hutan rusak, sungai, dan udara tercemar. Kemudian
tersiar kabar dari para ilmuwan mengenai penemuan planet yang menyerupai bumi, yang
dinamakan Bumi Baru. Wacana berkembang,
penduduk Gumi Paer berkeinginan untuk pindah ke Bumi Baru. Akhirnya semua orang
bergegas meninggalkan Gumi Paer menuju Bumi Baru. Hanya Amaq Asih dan anaknya,
yang tetap tinggal di Gumi Paer.
Bumi Baru pun kemudian diisi oleh aktivitas yang biasa
dilakukan orang-orang ketika tinggal di Gumi Paer. Hutan ditebang, rumah
dibangun, gedung-gedung didirikan, membuka jalan. Membakar hutan untuk membuka
lahan juga terjadi di Bumi Baru. Sesaat menikmati keindahan alam Bumi Baru,
kemudian tak berlangsung lama Bumi Baru yang asri sekejap mengalami kekeringan,
sampah memenuhi sungai, lahan hijau berubah coklat kering kerontang.
Sementara Amaq Asih dan anaknya yang tetap tinggal di Gumi
Paer mulai menanami kembali hutan-hutan dan lahan kering. Sampah-sampah yang
mengotori sungai dibersihkan. Perlahan, Gumi Paer kembali hijau, muncul mata
air, dan air sungai kembali jernih.
Singkat cerita. Diakhir lakon. Orang-orang yang menempati
Bumi Baru kembali resah. Pada puncaknya mereka menemukan kembali Bumi Baru yang
lain. Mereka kembali meninggalakan Bumi Baru menuju Bumi Baru yang lain.
Setelah menjejakkan kaki di Bumi Baru yang lain, betapa terkejutnya
orang-orang, ternyata Bumi Baru yang lain itu adalah Gumi Paer yang dulu mereka
tinggalkan.
Dalam kisah “Gumi Paer bukan Bumi Baru” yang dipentaskan
pada wayang sasak ada satu kata yang tergambar yaitu “kembali”. Kalau ada yang
diambil dari bumi ini, maka mesti ada yang dikembalikan. Kebutuhan manusia terbatas,
tapi keinginan manusia bisa tanpa batas. Dan bumi hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan manusia, tapi tak akan cukup untuk memenuhi keinginan segelintir
manusia. Lantas apa maksud kita menumpuk sampah di tempat pembuangan akhir? Apakah
kehidupan hanya tetang produksi dan konsumsi? Padahal dalam pelajaran tingkat
dasar kita belajar mengenai tingkatan trofik dalam ekosistem, kita gambar proses
daur hidup. Ternyata mengenai banyak persoalan kerusakan lingkungan, adalah
fakta bahwa kita belum lulus pelajaran tingkat dasar.
Pada persoalan sampah urusannya bukan lagi pada kotor dan
bersih, tapi ada tahapan yang tidak pernah kita sentuh dalam kehidupan yaitu
daur hidup. Ada anjuran : ”Buanglah sampah pada tempatnya”. Tampanya peristiwa itu
mesti kita tinjau kembali, kalau ternyata pada akhirnya sampah-sampah itu juga
mengotori bagian bumi lain yang dijadikan tempat pembuangan akhir.
Perjalanan produk yang kita konsumsi, yang kemudian menghasilkan residu tak lantas
kemudian menjadi sampah – bisa diteruskan menuju proses selanjutnya yaitu daur
hidup atau daur ulang. Sampah organik menjadi kompos. Sampah non-organik menuju
proses daur ulang. Daur hidup adalah sunatullah. Sebagaimana kematian dan kelahiran. Ilaihi raji'un. Daur adalah kata serapan dari
bahasa arab yaitu daurah, yang bermakna melingkar, siklus, atau tahapan. Maka
strategi utama dalam merancang masa depan tanpa sampah adalah daur hidup.
Merencanakan atau merancang sebuah kegiatan konsumsi yang tidak terputus pada
hasil residu tapi diteruskan menuju proses daur hidup atau daur ulang.